Prodi S2 Linguistik USU Gelar Seminar Daring Fenomena Kebahasaan di Masa Pandemi Covid-19

Suasana seminar daring yang digear Program Studi Magister Linguistik  FIB USU, Kamis (23/7/2020) siang hingga sore.

KANALMEDAN -Program Studi Magister Linguistik  Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) melaksanakan Seminar Daring dengan tema “Covid-19: Perubahan Realisasi Linguistik dalam Pengodean Realitas”, Kamis (23/7/2020) siang hingga sore.

Seminar mengundang para ahli linguistik, khususnya semantik dan wacana untuk membagikan ide dan pemikiran serta hasil penelitiannya. Seminar diikuti 269 peserta dari berbagai kalangan dan profesi.

Tampil sebagai narasumber pertama, Prof. Dr. Octavianus, M.Hum, Guru Besar Universitas Andalas (Unand) Padang, Prof. Amrin Saragih, PhD, MA., DTEFL, Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed), Ika Nurhayani, SS, MHum, PhD, Ketua Program Studi Magister Linguistik FIB Universitas Brawijaya Malang, Dr. Eddy Setia, MEd, TESP, Ketua Program Studi Magister dan Doktor Linguistik FIB USU.

Acara dimoderatori Dr T Thyrhaya Zein, MA dari USU, dan Dr. Tasnim Lubis, MHum (USU) sebagai pembawa acara.

Kegiatan ini bekerjsama dengan FIB Unand, Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Unimed), FIB Universitas Brawijaya, Apmali (Asosiasi Program Magister Linguistik Indonesia), ADI (Asosiasi Dosen Indonesia) MPW ADI Sumatera Utara, dan IAL (Ikatan Alumni Linguistik) FIB USU.

Prof Octavianus menyajikan makalah dengan judul ”Covid-19 dan Dinamika Bentuk-Bentuk Lingual  Dalam Pengodean Realitas”. Lalu Prof Amrin Saragih memaparkan”COVID-19: Perubahan Realisasi Linguistik dalam Wacana Pembelajaran dan Implikasinya terhadap Konteks Sosial”.

Sedangkan Ika Nurhayani mengusung makalah: “Emergency Linguistics During Covid-19, Pentingnya Belajar dari Negara Lain”. Dan, narasumber terakhir, Dr. Eddy Setia  menjelaskan terkait ”COVID-19: Perubahan Realisasi Linguistik Dalam Pengodean Realitas”.

Salah satu peserta, Dr. Ely Ezir (Universitas Asahan) menanyakan terkait fenomena kebahasaan di masa pendemi Covid-19. Pertanyaan itu kemudian dijawab Prof Octavianus memberikan penjelasan, pentingnya penyampaian pesan mengenai anjuran dan larangan dari pihak medis dan pemerintah dikombinasikan dengan bahasa dan budaya daerah target agar lebih mengena dan berterima sehingga tepat sasaran.

“Banyak sekali metafora dan peribahasa bahasa lokal yang bisa mendeskripsikan kondisi dan situasi dalam menghadapi era kenormalan atau adaptasi kebiasaan baru,” kata Octavianus.

Selanjutnya Dr. Eddy Setia menjelaskan, fenomena timbulnya istilah-istilah terkait Covid-19 yang juga berakibat kepada perilaku masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Ada sisi positif penggunaan bahasa di ruang publik dimasa pendemi Covid-19, seperti menjaga jarak, rajin berolah raga, lebih disiplin dan teratur dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa mempengaruhi prilaku manusia dalam bertindak. (Nas)

Print Friendly