Warga Gunung Omas : Pak Bupati Tolong Alirkan Listrik ke Kampung Kami
KANALMEDAN-TAPSEL : Warga Gunung Omas Lingkungan VII merupakan bagian dari Kelurahan Rianiate Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuliselatan.
Terdapat 42 Kepala Keluarga dengan 210 jiwa mendiami kampung yang berdiri sejak tahun 1980 berdasarkan keterangan masyarakat setempat.
Jalan menuju Gunung Omas terbilang cukup parah, kerikil tajam dan tanah merah menghiasi medan jalan dengan tanjakan turunan walau tidak begitu ekstrim, jalan ini satu-satunya akses menuju pemukiman tersebut dari Jalan Utama Batangtoru-Sias.
Mayoritas bangunan rumah warganya terbuat dari papan kayu dengan model rumah panggung, di sanalah mereka melepas lelah setelah seharian bekerja di ladang, kebun, sebab hampir semua warga menggantungkan hidupnya dengan bertani.
Ketika malam hari telah tiba, tak banyak yang bisa mereka perbuat selain berdiam diri dirumah masing-masing.
Hal itu terjadi karena ketiadaan jaringan listrik sebagi penyebabnya, sehingga usai matahari tenggelam, maka seluruh penjuru kampung akan gelap gulita.
Hanya ada satu dua buah bola lampu pijar yang menyinari Mesjid dan tempat perkumpulan anak-anak mengaji, pijaran bohlam itu digerakkan dari mesin genset satu-satunya milik masyarakat setempat bantuan dari pemerintah 2 tahun lalu.
Sedangkan di rumah masing-masing warga mereka sumber penerangan dengan mengandalkan lampu teplok yang terbuat dari botol bekas dengan sumbu dan diberi minyak sebagai asupan nyala api pada sumbu, warga akrab menyebutnya ‘lampu tellong’.
Panyahatan Siregar (70) Guru Mengaji Gunung Omas kepada wartawan bertutur, sejak kampung ini berdiri, masyarakat sama sekali belum pernah menikmati penerangan listrik.
“Tak pernah ada jaringan listrik di kampung kami,” tuturnya.
Di Gunung Omas, kata Panyahatan, hanya tersedia 1 unit mesin genset sebagai sumber penerangan untuk kami melaksanakan shalat malam hari di mesjid dan pengajian anak-anak.
Mirisnya, tatkala ada warga setempat meninggal dunia pada malam hari, dan mesin genset itu rusak, maka kami beserta ahli musibah harus berlapang dada disinari lampu teplok dengan pencahayaan seadanya hingga pagi tiba.
“Padahal, jarak kampung kami dengan Bahung Lingkungan VI Kelurahan Rianiate, tempat tiang listrik terdekat berada (Jalan Utama Batangtoru-Siais) cuma sekitar 2,5 kilometer, tapi entah mengapa tidak ada upaya pemerintah terkait pemasangan jaringan listrik ke kampung kami,” kata Panyahatan.
Hal senada juga dituturkan Yusrida Hanum (35) ibu 2 anak.
“Di zaman teknologi sekarang, belum pernah memakai alat penanak nasi otomatis, hiburan televisi, listrik saja kami tidak punya,” kata Yusrida yang mengaku sangat prihatin melihat kondisi anaknya belajar pada malam hari.
Senada dengan itu, Kepala Lingkungan Gunung Omas, Ismail Siregar mengaku dua tahun lalu pernah ada wacana pemasangan jaringan listrik ke kampung ini yang dilakukan oleh orang yang mengaku dari pihak PLN Medan, tapi anehnya, oleh mereka warga diminta biaya atas pemasangan jaringan tersebut.
“Akan kami tunaikan apabila jaringannya telah terpasang, dan anehnya setelah itu mereka tidak kunjung datang dikarenakan permintaan tersebut tidak kami penuhi,” terang Ismail Siregar.
Kat Ismail, pihaknya menduga hal itu hanya akal-akalan.
“Kami menduga, itu hanyalah akal-akalan mereka saja mengaku-ngaku dari PLN Medan untuk memanfaatkan kesulitan warga atas ketiadaan listrik, dan buktinya sampai saat ini mereka tidak lagi pernah muncul,” ujarnya.
Dalam waktu dekat ini, lanjut Ismail, memang ada program yang disampaikan pihak kecamatan yang akan mendatangkan bantuan pengadaan listrik tenaga surya.
“Tetapi itu kan bersifat darurat karena hanya mampu menghasilkan voltase yang sangat sedikit, cuma bisa menghidupi bola lampu saja, bahkan hanya tersedia untuk 20 KK saja,” keluhnya.
Sehubungan dengan keberadaan PLTA Batangtoru yang saat ini dalam proses pembangunan, Ismail juga mengutarakan harapannya.
Di samping dapat mengatasi krisis listrik nantinya, diharapkan keberadaan PLTA juga dapat menyediakan lapangan kerja bagi warga sekitar khususnya perkampungan kami.
“Kalau memenuhi kualifikasi, sudah sepatutnya warga lokal diprioritaskan sebagai tenaga kerja di PLTA tersebut,” Imbuhnya sembari berharap keberadaan PLTA dapat memberikan kontribusi berupa perbaikan sarana dan prasarana publik, mencakup rumah ibadah, lembaga pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur jalan.
Apalagi, mengingat titik lokasi kampung berada disekitar zona pembangunan PLTA, sehingga sangat wajar kehadiran perusahaan sebesar itu memberikan dampak positif bagi perubahan.
“Terkait pemasangan jaringan listrik, rasanya tidak ada kendala berarti, jalan menuju kampung kami sepanjang 2,5 kilometer lebar 6 meter, jadi untuk titik tonggak listrik masih bebas berdiri di bahu jalan, dan sejak tahun 2011 jalan itu telah resmi milik umum,” tambah Ismail.
Oleh karena itu, ia dan warga Gunung Omas sangat mengharapkan Bupati mendengar keluhan kami.
Kami sangat bermohon, kiranya Bapak Bupati Tapanuliselatan berkenan mendengar keluh kesah kami. Di Gunung Omas ini kami sepenuhnya belum merasakan hakikat kemerdekaan sejati khususnya dalam hal penerangan. Tolong pak Bupati, alirkan listrik ke kampung kami,” pinta Ismail didampingi masyarakat lainnya.
Sebagaimana diketahui, di Kecamatan Angkola Sangkunur, selain Gunung Omas Lingkungan VII Kelurahan Rianiate, masih ada lokasi lainnya yang belum mendapatkan fasilitas listrik.
Lokasi tersebut terdiri dari Aek Sabatang Godang Lingkungan II dengan jumlah 214 Kepala Keluarga (KK), Aek Sabatang Menek Lingkungan V, 227 KK, dan Lingkungan IV, 100 KK.
Terdapat tujuh Lingkungan se-Kelurahan Rianiate.
Selanjutnya di Kelurahan Sangkunur dari jumlah keseluruhan VII Lingkungan, yang belum dialiri listrik yakni Lingkungan IV 200 KK, Lingkungan V 175 KK, dan Lingkungan VI 200 KK. (Awal HSB)