Gebyar 105 Tahun Hari Keputeraan Prof Dr Kadirun Yahya, UNPAB Gelar Berbagai Kegiatan
KANALMEDAN – Universitas Panca Budi (UNPAB) menggelar Gebyar 105 Tahun Hari Keputeraan (kelahiran) Prof Dr Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya MA sebagai pendiri dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan pada 21-25 Juni 2022.
Rektor UNPAB Dr H. Muhammad Isa Indrawan, SE., MM didampingi Ketua Umum Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Dra. Hj. Yasmin Siti Khadijah, Sekretaris Yayasan Dra. Hj. Irma Fatmawati , SH.,M.Hum, Koordinator Munzirul Ula H. Ahmad Baqi Arifin, SH.,MBA.,MM, Ketua Masjid Darul Amin mewakili Badan Kerjasama Kesurauan (BKK) Muaz Abdullah, Ketua Pelaksana Gebyar Hari Keputeraan ke 105 tahun, Dr. Yasmirah Mandasari Saragih, SH.,MH dan Ketua Seksi Humas dan Acara Hasrul Azwar Hasibuan, SE.,MM dalam keterangan persnya, Sabtu (11/6/2022) menyebutkan, Gebyar Hari Keputeraan ke 105 tahun Hari Keputeraan Prof Dr SS Kadirun Yahya MA menggelar sejumlah kegiatan yakni Bedah Buku-Buku karya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya MA, M.Sc. pada tanggal 21-22 Juni 2022.
Selanjutnya Seminar Nasional “Mengenang Rekam Jejak Kehidupan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam Bidang Militer, Bidang Akademisi, Bidang Tasawuf, dan Bidang Pemerintahan” pada tanggal 23-24 Juni 2022.
Berikutnya Seminar Internasional “Perspective of Islamic Sufism (metaphysics) to the development of industry 4.0 and society 5.0 (Metaverse)” (25 Juni 2022), Penabalan Nama Jalan Sunggal Medan jadi Jalan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya (25 Juni 2022), Launching Buku Biografi dan Buku-Buku karya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya MA, M.Sc. (25 Juni 2022),
Penyerahan Beasiswa Pendidikan (25 Juni 2022), Bakti Sosial Pembagian 10.500 Nasi Bungkus untuk Kaum Dhuafa (24 Juni 2022), Mundzirul Ula, Forum Musyawarah Alkah Dzikir Baitul Sedunia dan Ukhuwah Islamiyah (24 Juni 2022) dan Bazaar UMKM (21-25 Juni 2022).
Cucu pendiri UNPAB Medan Prof Dr Kadirun Yahya ini menambahkan, kegiatan tersebut untuk mengenang Almarhum Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, spirit sang founding father, yang semasa hidupnya memiliki banyak peran dan jasa bagi bangsa, negara, dan umat manusia.
Almarhum adalah seorang pendidik dan cendikiawan, sekaligus ulama besar, ahli tasawuf dan tokoh sufi kharismatik, dengan jutaan murid-muridnya yang tersebar di seluruh penjuru tanah air, di Malaysia, Amerika, dan beberapa negara lainnya. Beliau adalah sosok ulama tasawuf yang dinilai berhasil memadukan antara ilmu kerohanian (agama) serta ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta mendeskripsikan agama dan tasawuf dalam bahasan sains, yang disebutnya sebagai ilmu metafisika eksakta.
“Sebenarnya setiap tahun kami laksanakan, namun karena pandemi Covid 19, maka tahun ini baru bisa kami gelar gebyar yang didukung oleh civitas maupun yayasan. Dan kegiatan ini tentunya akan membangkitkan semangat kita setelah bahwa tahun ini kembali menjalankan proses tridharma perguruan tinggi secara totalitas karena usai pandemi. Diharapakan motivasi baik kepada mahasiswa, dosen dan pegawai,” jelasnya.
Rektor menyebutkan, rangkaian kegiatan itu diawali dengan beriktikaf selama 10 hari dimulai tanggal 10-20 Juni 2022 di surau besar di Lombok, Jakarta, dan sejumlah daerah dengan jemaah setiap surau 300 orang.
Rektor juga menyampaikan, gebyar mengusung tema “The Spirit of The Foundhing Father” ini mengundang 10 ribu orang baik secara hybrid, online dan offline datang dari Medan, Sumut dan seluruh Indonesia, Malaysia dan Amerika.
Dalam seminar nasional juga mengundang tokoh-tokoh penting seperti Akbar Tanjung, Muhaimin Iskandar, Emil Salim, Ilham Habibie, Mayjen TNI Anton Nugroho, Prof Dr H Sangkot Sirait MAg, Prof Dr H Asmal May MA, Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid. Sementara pembicara pada seminar Internasional didatangkan dari Irak, Amerika dan Malaysia.
“Targetnya adalah wujud cinta kami kepada Prof Yahya sebagai pendiri. Tidak ada motivasi lain. Mengenai rekomendasi, secara tidak langsung mendukung program pemerintah, dalam satu kegiatan libatkan pemerintah, ulama, tokoh, masyarakat dan mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi kegiatan di pemerintahan. Konsep kebersamaan menjadi kata kunci pembangunan,” ungkapnya.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sendiri berpulang ke Rahmatullah pada pada tanggal 9 Mei 2001, di Depok, Jawa Barat, pada usia 84 tahun, dan dimakamkan di Surau Qutubul Amin, Kompleks Arco, Depok, Jawa Barat. “Beliau adalah salah satu tokoh terbaik dari Sumatera Utara yang telah memiliki banyak jasa, pemikiran, maupun peranan penting, baik dalam skala provinsi Sumatera Utara, nasional, bahkan di tingkat internasional,” tambah rektor.
Koordinator Munzirul Ula H. Ahmad Baqi Arifin, SH.,MBA.,MM menambahkan, pada
tanggal 24 Juni akan membagikan 10.500 nasi bungkus kepada seluruh masyarakat yang dimulai dari Pangkalan Berandan, Tanjung Pura, Binjai, dan Medan.
“10500 bungkus melambangkan hari Keputeraan Prof Kadirun Yahya. Kita bagikan per wilayah dalam dua sesi, 5000 bungkus pada siang hari, 5500 malam, tidak hanya untuk yang muslim, semua kita berikan,” katanya.
Ketua Mesjid Darul Amin mewakili badan kerjasama kesurauan Muaz Abdullah menyebutkan, untuk menyemarakkan kegiatan ini, murid almarhum Prof. DR. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya yang berada di 700 surau tersebar di Indonesia, Malaysia dan Amerika siap mendukung gebyar tersebut.
Penabalan Nama Jalan
Rektor Dr Isa indrawan menambahkan, terkait penabalan nama jalan Prof Dr Kadirun Yahya, telah mendapat dukungan dari Wali Kota Medan, tokoh-tokoh agama, masyarakat dan Ormas Islam serta MUI.
“Jalan Sunggal yang kita mohonkan untuk nama jalan Kadirun Yahya. Udah kita usulkan sama wali kota, kita sudah didukung dan minta dukungan dari ormas NU, Al Washliyah, Muhammadiyah, MUI, dan lainnya,”sebutnya.
Sementara Ketua Umum Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Dra. Hj. Yasmin Siti Khadijah mengatakan, Prof Dr Kadirun Yahya merupakan sosok tidak hanya akademisi, tetapi seorang ulama besar, veteran TNI dan pengusaha.
“Almarhum banyak membuat tulisan-tulisan ilmiah, serta menjadi pemakalah dan pembicara dalam berbagai forum ilmiah, untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya. Pemikiran, sosok kepribadian, karya, dan pola dakwahnya yang unik dan berbeda dengan ulama-ulama pada umumnya ini, telah banyak diteliti dan ditulis oleh para akademisi, peneliti, dan penulis, baik dari Indonesia maupun luar negeri.,” ungkap Yasmin. (Nas)