1.107 Lulusan Unimed Wisuda Daring, Rektor: Perkuat Skill


KANALMEDAN – Universitas Negeri Medan (Unimed) mewisuda 1.107 lulusan pada acara wisuda daring
program doktor, magister, sarjana dan diploma, Rabu (2/11/2020).

Para wisudawan – wisudawati berasal dari 103 lulusan Program Pascasarjana, 186 lulusan Fakultas Ilmu Pendidikan, 204 lulusan Fakultas Bahasa dan Seni,164 lulusan Fakultas Ilmu Sosial, 166 lulusan Fakutas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam, 65 lulusan Fakultas Teknik, 72 lulusan Fakultas Ilmu Keolahragaan 147 lulusan Fakultas Ekonomi.

Para lulusan diberikan ijazah beserta gelar terdiri dari 15 Doktor Pendidikan (Dr), 11 Magister Humaniora (MHum), 66 Magister Pendidikan (MPd), 1 Magister Olahraga (MOr), 10 Magister Sains (MSi), 864 Sarjana Pendidikan (SPd), 41 Sarjana Sastra (SS), 46
Sarjana Sains (SSi), 5 Sarjana Olahraga (SOr), 44 Sarjana Ekonomi (SE) dan 4 Ahli Madya (AMd).

Rektor Unimed Dr Syamsul Gultom SKM MKes dalam sambutannya mengatakan, di era pandemi Covid-19 saat ini, para wisudawan dituntut untuk lebih memiliki rasa empati, kepedulian, sense of belonging dan kemahiran di bidang IT.

Semua aktivitas pendidikan, pemerintahan dan hampir semua sektor kehidupan sudah berbasis IT, sebagai upaya mengurangi kontak fisik untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di negeri ini.

“Dengan berbagai aktivitas akademik yang saudara lalui di Unimed, yang telah membentuk saudara menjadi lulusan unggul yang memiliki kompetensi, skill dan keahlian sesuai bidang ilmu yang saudara geluti. Namun kami berharap saudara secara personal tetap memperkuat skill yang dibutuhkan di era industri 4.0, agar saudara mampu bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif,” ujarnya.

Rektor menambahkan, masyarakat menaruh harapan yang cukup besar kepada Universitas Negeri Medan untuk mendidik dan menghasilkan guru, konselor, pamong belajar, dan tenaga kerja yang bermutu dan berkarakter yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, maupun kinestetik yang menjadi sikap dan mentalitas para wisudawan.

“Gelar akademik yang Saudara sandang, tentu saja membawa suatu kebahagian, kebanggaan, dan tanggung jawab tersendiri bagi Saudara,” katanya.

Oleh karena itu Rektor berpesan agar para lulusan menjaga nama baik almamater (Unimed), tampilkan diri sebagai insan lulusan Unimed yang memiliki kapasitas hard skill dan soft skill yang baik, tetap jalin komunikasi dan silahturrahmi dengan Unimed sebagai almamater dan sesama alumni di manapun berada, berikan konstribusi kepada Unimed berupa masukan, kritik-konstruktif, dan ide kreatif-solutif dalam rangka meningkatkan kualitas almamater yang harus selalu banggakan, bukan sebaliknya membangun opini yang dapat merendahkan citra Unimed di masyarakat; bekerja dengan tulus ikhlas dengan tetap menjaga wibawa dan martabat insan akademis khususnya sebagai keluarga besar Unimed.

Sementara itu Ketua Senat Unimed Prof Dr Syawal Gultom MPd dalam orasi ilmiahnya menekankan bahwa tidak ada kesulitan apapun yang akan menghalangi kecuali daya juang sudah melemah.

Menurutnya hanya daya juang yang memerdekakan negeri ini, bukan senjata dan bukan pula teknologi. Karena itu belajar dan berkacalah pada kultur yang kita miliki, yaitu daya juang.

Prof Syawal menambahkan konstruksi hirarkhis dari 4 C (Critical Thinking, Comunication, Collaboration dan Creativity) menunjukkan bahwa kreativitas terjadi dari interaksi yang solid antara berpikir tingkat tinggi, kandalan berkomunikasi dan kegigihan untuk bekerja sama.

Formula konstruktif ini menunjukkan bahwa proses pembentukan ke empat keterampilan ini memerlukan hirarkhi dan dilakukan sedini mungkin.

Berpikir tingkat tinggi yang telah dibakukan sebagai warisan terpenting pendidikan akan sangat menentukan kualitas kehidupan beragama, bersosial, berdemokrasi, berbagsa dan bernegara.

Bila menggunakan penalaran algoritmis, kemiskinan itu bermula dari cara berpikir yang berujung pada cara bekerja.

“Untuk lebih memantapkan kreativitas berkembang maka perlu didukung C5 (Computational Thinking) dan C6 (Compassion). Computational thinking terdiri dari abstraction (focus pada informasi penting, abaikan detail yang tidak relevan), algorithm (kembangkan solusi- langkah demi langkah-atau aturan untuk menyelesaikan masalah), pattern recognition (cari kesamaan diantara dan di dalam masalah), decomposing (urai masalah atau system yang kompleks kedalam bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah ditemukan akar masalahnya),” katanya.

Katanya, khusus untuk Indonesia bahwa kemiskinan itu sangat kontradiktif dengan potensi alam seperti yang ditulis Deputy Risbang Ristekbrin, 2020 bahwa potensi Indonesia adalah sebagai 1) No.1 penghasil kelapasawit terbesar dunia: 465.000 ton, 2) No.2 penghasil karet terbesar dunia: 2,80 juta ton, 3) No.2 penghasil timah terbesar dunia: 102.000 ton, 4) Nomor 3 penghasil beras terbesar dunia: 35,8 jutaton, 5) No.3 penghasil nikel terbesar dunia: 229.000 ton, 6) No.3 penghasil kakao terbesar dunia: 545.000 ton, 7) No.4 penghasil kopi terbesar dunia: 465.000 ton, 8) No.6 output pertanian terbesar dunia: US$ 60 milyar, 9) No.6 penghasil batubara terbesar dunia: 141,1jutaton, 10) No.6 penghasil tembaga terbesar dunia: 789.000 ton.

Selain itu Indonesia juga memliki potensi keanekaragaman hayati, 1) 16% spesies amfibi & reptile dunia, 2) 12% spesies mamalia dunia, 3) 25% spesies ikan dunia, 4) 17% spesies burung dunia, dan 5) 10% spesies tanaman bunga dunia.

Potensi yang luar biasa ini tidak serta merta memberi kesejahteraan bagi segenap rakyat sebab sesuai data BPS bahwa jumlah rakyat miskin masih mencapai 24,79 juta. Karena pergeseran dari Resource DrivenEconomy/ Efficiency DrivenEconomy Bangsa dengan “keterbatasan pengelolaan” potensi IPTEK dan INOVASI menuju Innovation Driven Economy Bangsa INOVATIF yang menguasai IPTEK, mandiri, dan berdaya saing global adalah peluang sekaligus tantangan ini.

“Bagi wisudawan tentu memberi peluang untuk terus berinovasi dan secara langsung dapat memilih sektor yang berada dalam areal interest masing-masing. Penggerak utama dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang adalah tingginya produktivitas, kemajuan inovasi, dan peningkatan pendapatan riil yang juga akan memberi peluang bagi generasi untuk menata ulang seluruh kompetensi yang bersesuaian,” ujarnya.

Prof Syawal menyebutkan Indeks Inovasi Global Indonesia (2019) yang berada pada posisi dua terendah se-ASEAN (negara tetangga di ASEAN tertinggi adalah Singapura dan Malaysia) juga kontradiksi dengan potensi anak-anak Indonesia.

“Oleh sebab itu eksplorasi dan pemanfaatan 6 C’s menjadi pilihan untuk menempatkan lulusan PT sebagai agent of economic development,” ujarnya. (Nas)

Print Friendly