Dahnil akan Istikharah Sebelum Putuskan Maju Cawalkot Medan 2020-2025

Dahnil Anzar Simanjuntak (tengah) didampingi sang adik, dr Ronald Anzar Simanjuntak SpP (kiri) saat berbincang dengan wartawan, di Medan, Kamis (4/7).

KANALMEDAN – Mantan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dr Dahnil Anzar Simanjuntak SE ME, belum memutuskan apakah dirinya akan maju sebagai Calon Wali Kota Medan periode 2020-2025 pada Pilkada Kota Medan 2020. Namun pria kelahiran Besitang Langkat ini mengaku, banyak pihak yang memberi dukungan.

Dahnil mengungkapkan, sebelum memutuskan untuk maju, ia akan salat istikharah terlebih dahulu. Dahnil juga akan meminta pendapat dan pertimbangan dari orangtuanya. Dirinya juga akan meminta pendapat Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Saya salat istikharah, minta petunjuk apakah akan perlu bertarung di sini (Kota Medan). Saya akan lalui tiga tahap,” kata Dahnil di hadapan awak media di sebuah kafe di Jalan Sei Serayu Kota Medan, Kamis (4/7) sore.

“Saya meminta pendapat dan pertimbangan senior saya, Bapak Prabowo Subianto dan Bang Sandiaga,” imbuh Dahnil yang saat itu didampingi sang adik dr Ronald Anzar Simanjuntak SpP dan sejumlah sahabatnya di Medan.

Dahnil juga merasa kaget namanya masuk dalam radar DPD Partai Gerindra Sumut sebagai bakal calon Wali Kota Medan di Pilkada Medan 2020. Begitu juga saat relawan Prabowo-Sandi di Medan meminta diirinya untuk konstelasi perebutan kursi orang nomor satu di Kota Medan.

“Saya sampaikan ke teman-teman waktu itu. Saya masih fokus mendampingi Pak Prabowo dan Sandi. Suatu kehormatan kalau ada Parpol yang meminta saya terlibat perhelatan politik 2020 di Medan,” timpal Dahnil.

Menurut Dahnil, tidak mudah untuk menjadi Wali Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia. Sosok calon Wali Kota Medan, katanya, haruslah orang yang berkompeten. Dan wali kota yang berhasil memajukan Medan layak maju sebagai Capres atau Cawapres 2024.

 “Pak Prabowo mulai membully dalam tanda kutip. ‘Lu Wali Kota Nil, banyak duit nggak?’ Itu pertanyaan sulit. Bapak-bapak kan tahu sendiri, saya ke sini aja pakai (pakaian biasa) begini di kedai kopi jelek,” ujarnya.

“Kalau ditanya banyak duit jawabnya susah. Nanti saya minta ke bang Nando (sahabatnya-Red) saja kalau saya maju. Yang jelas terkait wacana itu saya terima kasih sekali,” pungkas pria berkacamata itu.      

Tak Perlu Rekonsiliasi

Dahnil juga berbincang soal politik nasional pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan Prabowo-Sandi.  Menurutnya, tidak perlu adanya rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi setelah keluarnya putusan MK, karena tidak ada konflik di antara keduanya.

“Tidak perlu rekonsiliasi karena tidak ada konflik. Yang perlu direkonsiliasi itu kalau rakyat ada yang disakiti, kalau ada yang dikriminalisasi, itu yang perlu direkonsiliasi. Dalam konteks Pak Prabowo dan Pak Jokowi, saya pikir tidak ada yang perlu direkonsiliasi,” sambungnya.

Dikatakan, di tingkat elit kalaupun ada rasa sakit hati gampang memulihkannya. Sedangkan di tingkat grass root (akar rumput), rasa sakit hati bisa membekas hingga lima tahun jika tidak ada rekonsiliasi.

“Jadi yang perlu rekonsiliasi itu antara pendukung 01 dan 02. Dengan demikian tidak ada lagi dendam dan sakit hati di antara kedua pendukung,” tandasnya.

Dahnil kemudian mengungkapkan, untuk Jokowi dan Prabowo hanya perlu silaturahmi. Dan Prabowo terbuka kapan pun Jokowi ingin bertemu.

“Pak Prabowo sangat terbuka, kapan pun beliau akan silaturahmi, tentu waktunya tergantung nanti. Karena Pak Jokowi kan sibuk beliau, Pak Prabowo juga sibuk dengan berbagai kegiatan. Sejak awal Pak Prabowo sangat terbuka. Saya pikir demikian dengan Pak Jokowi,” ucap Dahnil yang mengaku kini masih menjabat Jubir Prabowo-Sandi pasca pembubaran BPN Prabowo-Sandi. (Nas)

andalas/hamdani

Print Friendly