Waspadai Makanan Buka Puasa Mengandung Pemanis Buatan
KANALMEDAN – Mengingat jajanan untuk berbuka puasa mengalami peningkatan produksi dan permintaan. Maka, selama bulan suci Ramadhan, masyarakat diharapkan peka dan mencurigai makanan berbuka puasa dengan campuran sakarin dan warna yang mencolok.
Menurut ahli gizi dr Dina Keumala Sari, MGizi SpGK, makanan-makanan dengan campuran sakarin atau pemanis buatan biasanya ada di bahan minuman atau makanan cair.
“Jadi bisa dibedakan dengan makanan atau minuman yang menggunakan bahan alami. Kalau menggunakan pemanis buatan tingkat kemanisan akan terasa sangat tinggi dan sering meninggalkan rasa pahit,” katanya, Minggu (12/5).
Dijelaskannya, selain rasa pahit yang dirasakan setelah meminum atau memakan jajan tersebut. Ada juga gejala lain yang ditimbulkan yakni rasa kering di kerongkongan setelah mengkonsumsi jajanan dengan pemanis buatan dengan jumlah banyak.
“Jadi bila kita beli minuman yang mengandung pemanis buatan berlebihan rasa dahaga tidak terpenuhi dan ingin minum dengan air putih yang lebih banyak lagi,” terang Akademisi USU ini.
Perlu diketahui, sakarin merupakan pemanis buatan yang mampu memberikan rasa manis 550 kali lebih manis dari gula biasa. Sakarin banyak digunakan sebagai pengganti gula karena harganya yang lebih ekonomis.
“Akan tetapi terlalu banyak mengonsumsi pemanis buatan ini dapat membuat pertumbuhan kanker di dalam tubuh. Sakarin dikeluarkan melalui urin, sifatnya tidak ditumpuk di dalam tubuh dengan kemanisan yang tinggi. Asupan yang dapat diterima adalah 5 mg/kg berat badan, rata-rata untuk menggantikan 1 sendok teh gula adalah 12 mg saja. Maka bila terlalu berlebihan adalah dapat memicu terjadinya kanker,” terangnya.
Sedangkan, untuk menandai jajanan yang mengandung pewarna berlebihan bisa dilihat dari makanan yang terlihat sangat cerah dan mencolok. Adanya rasa pahit baik di awal memakan makanan maupun setelah makanannya. Lalu setelah selesai dikunyah, bagi yang tidak cocok akan menimbulkan rasa gatal, bau tidak alami, warna makanan berbekas di lidah, bibir, atau kulit.
“Seringnya warna makanan yang mengandung pewarna makanan juga seragam untuk setiap bahan makanan, sedangkan yang alami seringkali tidak seragam tergantung jumlah dan jenis pewarna alami yang digunakan,” bebernya.
Sementara itu, memasuki bulan puasa, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan meningkatkan frekuensi pengawasan terhadap produk makanan tanpa izin edar dan produk berbahaya.
Dikatakan Kepala BBPOM Medan, Yulius Sacramento Tarigan hal tersebut dilakukan guna melindungi masyarakat. “Sudah dua minggu ini kami terus melakukan pengawasan dan monitoring pada produk jajanan yang dijual pedagang musiman. Seperti kemarin kita sudah mengambil sampel makanan di stand Ramadhan Fair Medan dan ada dijumpai bahan makanan yang mengandung formalin. Jadi, pengawasan ini terus dijalankan dan bukan hanya di hari-hari besar saja,” tegasnya. (Nas)