Guru Besar UISU Prof Syaiful: Hasil Kajian Studi Atropologi Sangat Dibutuhkan
KANALMEDAN – Era digital sama sekali tidak akan membuat studi antropologi menjadi ditinggalkan atau tertinggal. Sebaliknya, di era digital seperti ini semakin membuktikan bahwa hasil-hasil kajian studi antropologi sangat dibutuhkan untuk memprediksi kondisi sosial masyarakat di masa-masa mendatang. Demikian disampaikan Prof. Anwar Matondang, PhD saat menjadi bintang tamu podcast Humas UISU, kemarin.
Prof. Syaiful merupakan salah satu Guru Besar Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) yang secara resmi menerima pengangkatan Profesor akhir April lalu setelah menerima Surat Keputusan Pengangkatan Guru Besar dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim melalui Kepala LLDikti Wilayah 1 Sumatera Utara Prof. Ibnu Hajar MSi.
Hadir dalam kesempatan itu Ketua Umum Pengurus Yayasan UISU Prof. Ismed Danial Nasution drg, Rektor UISU Dr. H. Yanhar Jamaluddin, MAP, Dekan FKIP UISU Prof. Hasrita Lubis serta Dekan Fakultas Sastra UISU Dr. H Purwanto Siwi.
Prof Drs. Saiful Anwar Matondang M.A., Ph.D mendapat jenjang tertinggi yaitu melebihi 1050 dengan rentang waktu 1,5 tahun. Prestasi yang telah di capai yaitu memiliki 17 Jurnal Internasional, 10 di antaranya menjadi penulis utama, 4 Scopus, penulis utama dalam 4 buku serta penulis utama seminar prosiding internasional yang dimana semua berisi tentang bidang ilmu Antropologi Budaya.
“Antropologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku kelompok masyarakat, masyarakat ini kan misalnya tinggal d isuatu tempat dan ada pranata sosial yang berdasarkan kesepakatan, musyawarah, mufakat atau dalam bahasa inggrisnya yaitu convention,” ujarnya.
Studi Antropologi, katanya, mengkaji perilaku budaya dan masyarakat yang diikat oleh satu komunitas, jadi ada norma yang tidak tertulis biasanya.
Dia menegaskan bahwa Antropologi masih sangat relevan dengan perkembangan teknologi zaman sekarang karena transformasi budaya dan temuan teknologi IT (Information Technology) menyebabkan perubahan sosial dan perubahan budaya. Menurutnya, Ilmu Antropologi memiliki kemampuan untuk melihat bahwa keberlanjutan (sustainability) budaya silaturahmi itu masih kuat di masyarakat Indonesia. “Tapi, medianya sudah berubah dari media cetak menjadi media digital,” ucapnya.
Prof. Syaiful bahwa meyakini hasil kajian analisis data dari studi antropologi lebih akurat karena dapat dapat membuka tabir yang sebenarnya. Persoalannya, kata Prof. Syaiful, kajian dan penelitian antropologi memakan waktu yang lama sehingga membutuhkan biaya yang besar. Sebab itu, studi dan penelitian antropologi jarang digunakan sekarang ini karena persoalan waktu yang lama dan dana besar.
Namun, untuk institusi dan perusahaan yang mapan masih tetap melakukan penelitian studi atropologi untuk melihat kebiasaan dan kecendrungan prilaku masyarakat. Termasuk untuk mengetahui kecendrungan masyarakat untuk menggunakan suatu produk. (Nas)