Rektor UMA: Peristiwa Isra Mi’raj Sangat Masuk Akal
KANALMEDAN – Suatu hal yang utama yang didapat dari peristiwa Isra Mi’raj adalah turunnya perintah sholat lima waktu. Jika perintah-perintah lain Allah titipkan lewat Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, tetapi untuk sholat lima waktu langsung dijemput oleh Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj. Dan Isra Mi’raj bukan suatu peristiwa yang tidak masuk akal. Tetapi sebaliknya, sangat masuk akal dari sudut ilmiah.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Medan Area (UMA) diwakili Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UMA Prof Dr Ir Ahmad Rafiqi Tantawi MS saat menyampaikan kata sambutan pada peringatan Isra Mi’raj di Masjid At Taqwa Kampus I UMA, Jalan Kolam No 1 Medan Estate, Kamis (17/3/2022).
Di depan civitas akademika UMA, Prof Rafiqi menjelaskan, Nabi Muhammad SAW naik ke langit bersama Malaikat Jibril. Jibril adalah malaikat yang diciptakan dari cahaya. Karenanya, perhitungan perjalanan Nabi sesuai dengan kecepatan cahaya.
“Kecepatan cahaya 300 ribu km per detik. Jika perjalanan dari Masjid Aqsha ke langit dengan masa tempuh 12 jam (satu malam), maka dengan hitungan kecepatan cahaya bisa ditempuh sekitar 316 miliar km. Sementara jika dihitung jarak terjauh dari bumi ke langit hanya sekitar 5,7 miliar km. Maka sangat logis, tidak sampai 10 jam Rasulullah sudah tiba di bumi kembali dari perjalanan menjemput perintah sholat lima waktu di Shidrotul Muntaha,” kata Guru Besar UMA dengan latar belakang pendidikan menengah PGA ini.
Artinya, kata Prof Rafiqi, Isra Mi’raj dari bahasa ilmiah, sangat masuk akal. Sedangkan dari bahasa keimanan, akan menguatkan keimanan. “Abu Bakar Ash Shiddiq yang belum tahu hitungan ilmiah seperti saat ini, karena keimanannya langsung membenarkan peristiwa Isra Mi’raj. Jadi mari kita tingkatkan keimanan kita melalui peringatan Isra Mi’raj ini,” tutur Prof Rafiqi.
Sementara itu, Plt Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah Sumut Prof Dr Ibnu Hajar MSi yang tampil sebagai penceramah mengatakan, Isra Mi’raj itu kekuasaan, yakni kuasa Allah SWT, tapi tetap ada unsur logikanya.
Dia kemudian mengajak keluarga besar UMA untuk mengambil hikmah dari peristiwa Isra Mi’raj, di antaranya menggunakan akal dan pikiran.
“Fenomena Isra Mi’raj menantang kita bahwa belajar atau menuntut ilmu itu wajib. Jadi tak ada istilah ‘nggak tau saya’. Dan belajar itu tinggi posisinya. Menelaah, menganalisis, melakukan penelitian merupakan bagian dari kerja ilmiah. Dasarnya adalah jangan pernah berhenti untuk berpikir,” kata mantan Rektor Unimed ini.
Lalu kenapa Isra Mi’raj terjadi padam malam hari? Prof Ibnu Hajar menjelaskan, hal itu menegaskan bahwa ibadah terbaik dari ibadah yang ada adalah pada malam hari. “Orang-orang yang dimuliakan oleh Allah adalah yang melepaskan selimutnya pada malam hari untuk sholat malam. Luar biasa syahdunya ketika kita sholat malam,” tambahnya.
Sebelumnya, Ketua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) At Taqwa UMA Dr Hasrat Effendi Samosir MA menyampaikan terimakasih kepada Ketua Yayasan Pendidikan Haji Agus Salim (YPHAS) Drs HM Erwin Siregar MBA dan Rektor UMA Prof Dr Ir Dadan Ramdan MEng MSc yang mendukung sepenuhnya kegiatan-kegiatan keagamaan di kampus UMA.
Hasrat Effendi Samosir mengharapkan civitas akademika bisa kembali memakmurkan masjid di bulan suci Ramadan, membangun peradaban masjid serta meningkatkan ukhuwah islamiyah sekaligus mengantarkan mahasiswa dan dosen agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa sehingga tercapai keselarasan antara iman dan taqwa serta ilmu dan teknologi.
“Melalui peringatan Isra Mi’raj ini menyimpulkan perlunya membaca, menganalisis ilmu, memahami peradaban Islam dan umat Islam harus menjadi pemimpin (leader) ilmu keislaman dalam peradaban islam itu untuk senantiasa menuntut ilmu,” katanya.
Di akhir acara, panitia mengadakan kuis seputar ceramah seperti perintah salat, ayat Alquran tentang Isra Mi’raj berkaitan dengan rasul, bagaimana ketabahan Khadijah istri Rasulullah yang wafat saat Isra Mi’raj serta hikmah Isra Mi’raj. Pemenang kuis mendapatkan bingkisan dari Yayasan Haji Agus Salim. Kegiatan ini merupakan terobosan dan inovasi terbaru agar jamaah dan civitas akademika menghadiri peringatan Isra Mi’raj. Kegiatan kemudian diakhiri dengan makan siang bersama. (Nas)