Kuliah Daring Sesi III S3 Linguistik USU Kaji “Linguistik Kognitif, Konsep, Teori, dan Metode”
KANALMEDAN – Program Doktor Prodi Linguistik FIB USU kembali menghadirkan kuliah daring sesi III dengan angkat kajian Linguistik Kognitif: Konsep, Teori, Metode, dengan menghadirkan pakar Linguistik Kognitif dari Universitas Udayana (Udayana) Bali Gede Primahadi Wijaya, Ph.D, Peserta yang mengikuti kuliah umum daring seri III ini adalah para dosen, mahasiswa S2 dan S3 Prodi Linguistik FIB USU dan undangan umum dari akademisi.
Kuliah daring yang digelar 26 Oktober 2020 itu berjalan dengan sukses dan memberikan inspirasi baru bagi seluruh peserta dosen, mahasiswa dan para akademisi dalam mengkaji dan meneliti linguistic kognitif dari berbagai variannya.
Kuliah daring ini diawali pengantar dari Ketua Prodi Doktor Ilmu Linguistik Dr. Eddy Setia, M.Ed.,TESP dan dibuka oleh Dekan FIB yang diwakili Wakil Dekan I FIB Prof. Mauly Purba, M.A., Ph.D. Kuliah daring ini dipandu moderator Dr. Dwi Widayati, M.Hum, yang juga sebagai dosen Prodi S2 dan S3 Ilmu Linguistik FIB USU.
Prof Mauly Purba, dalam sambutannya mengatakan, pimpinan FIB USU sangat apresiasi yang tinggi atas geliat yang luar biasa dari Prodi S3 Ilmu Linguistik USU. Luar biasa kegiatan akademik via daring yang telah dilakukan secara internal dan melibatkan banyak ilmuwan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
“Kami pimpinan fakultas sangat senang dan bangga jika semua Prodi di lingkungan FIB USU, aktif melaksanakan kegiatan kajian ilmiah seperti Prodi S3 Linguistik ini. Apalagi dengan pandemi ini kita semua punya tantangan baru, bagaimana pandemi ini tidak menjadi penghalang bagi kita untuk terus menambah ilmu dan wawasan tentang bidang kajian kita masing-masing di Prodi. Terima kasih pak Kaprodi dan Sekretaris Prodi S3 Linguistik FIB US, mari kita terus berbuat dan melangkah bersama untuk kebaikan masyarakat, terutama yang konsen dan memiliki kemauan untuk menggali ilmu-ilmu baru kajian linguistik,” katanya.
Dia berharap kuliah daring ini dapat menggugah kita dosen dan para mahasiswa, serta akademisi yang ikut serta untuk bisa dan tertarik menggeluti kajian linguistic kognitif yang masih kurang dikaji dalam berbagai varian kajian. Kami berharap juga agar kegiatan akadmeik yang terus digelar oleh Prodi dapat membantu dan mendukung percepatan studi para mahasiswa.
Sementara Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP, menimba ilmu dan menambah wawasan keilmuan peserta dalam penguasaan konsep Linguistik Kognitif. “Kita harus bersyukur karena seminar nasional daring atau kuliah daring seri III ini bisa menghadirkan ilmuwan muda ahli linguistik kognitif. Kajian linguistik kognitif di Prodi S2-S3 Linguistik FIB USU menurut asumsi kami menjadi wilayah kajian yang perlu digeluti lebih dalam agar menghasilkan temuan terbaru yang dapat menjadi sumbangsih terhadap pengembangan kajian ilmu linguistik,” tuturnya.
Prodi berharap, kata Eddy, kuliah daring sesi III ini dengan topik yang menarik untuk di teliti dan dapat menginspirasi semua untuk menggali kajian linguistik kognitif di Sumatera Utara, karena Prodi ini juga mendorong dosen dan mahasiswa untuk meneliti hal-hal yang baru agar lebih berinovasi.
“Kami Prodi juga akan terus aktif melakukan berbagai kegiatan akademik secara daring, sebagai wujud hadirnya kita untuk mahasiswa, ilmuwan dan praktisi bahasa. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua panitia yang telah bekerja keras dalam mensukseskan kuliah daring ini. Semoga kuliah ini bermanfaat bagi seluruh peserta dan kita semua,” tandas Eddy.
Gede Primahadi Wijaya, Ph.D, dalam paparannya mengatakan linguistik kognitif utamanya berkaitan dengan kajian terhadap hubungan bahasa, minda, dan pengalaman sosio-fisik (socio-physical). Kajian linguistic kognitif bisa dilakukan dalam hal linguistic korpus kuantitatif yang masih belum banyak di kaji, atau experimental dalam ebtnuk experiment psikolinguistik atau psikologi kognitif, serta co-speech gesture.
Selain itu menarik juga di teliti suatu bahasa kognitif melalui metafora konseptual, untuk menelisik ranah sumber, ranah sarasan, dan konseptualisasinya. Kajian linguistic kognitif, juga dapat dilakukan analisis koleksem khas berganda, yakni membandingkan lebih dari dua konsturksi gramatikal yang mirip secara semantic berdasarkan asosiasi statistic unsur leksikal yang dapat muncul di salam satu slot di konstruksi tersebut. Misalnya; senang, kebahagiaan, ceria, kesenangan, kegembiraan, bahagia, dan gembira. Analisisnya membandingnkan frekuensi kemunculan metafora dengan tiap-tiap sinonim.
“Saya rasa masih banyak tema-tema menarik yang dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan analisis linguistic kognitif. Semoga sajian ini bermanfaat untuk kita semua,” tutupnya. (Nas)