Prodi S3 Linguistik USU Kaji “Pragmatik Lintas Budaya” dalam Kuliah Daring II


KANALMEDAN – Program Doktor Prodi Linguistik Falultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU) kembali memberikan inspirasi bagi akademisi, dan penggiat bahasa untuk menggali kajian-kajian bahasa yang menarik dan menantang.

Kali ini Prodi S3 Linguistik USU menghadirkan pakar ilmu bahasa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. I. Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. untuk memberikan kajian bahasa inspiratif tentang “Pragmatik Lintas Budaya”.

Kuliah daring yang digelar 22 September 2020 itu berjalan dengan sukses dan memberikan inspirasi baru baru seluruh peserta dalam mengkaji atau meneliti pragmatik lintas budaya yang masih belum diminati banyak akademisi dan praktisi bahasa.

Kuliah daring ini diawali pengantar oleh Ketua Prodi Doktor Ilmu Linguistik Dr. Eddy Setia, M.Ed.,TESP dan dibuka oleh Dekan FIB yang diwakili Wakil Dekan I FIB Prof. Mauly Purba, M.A., Ph.D.

Peserta yang mengikuti kuliah daring ini, selain mahasiswa S2 dan S3 Prodi Linguistik FIB USU, juga dihadiri oleh ratusan akademisi dan praktisi bahasa dari seluruh daerah di Indonesia. Bahkan puluhan mahasiswa S2 dan S3 Prof. I. Dewa Putu Wijaya, dari berbagai daerah juga ikut bergabung dalam kuliah daring ini. Kuliah daring ini dipimpin oleh moderator Dr. Mulyadi, M.Hum, yang juga Sekretaris Prodi S3 Linguistik FIB USU.

Prof. Mauly Purba, dalam sambutannya mengatakan, pimpinan FIB USU mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas digelarnya kegiatan kuliah daring yang luar biasa ini.

“Kami pimpinan fakultas sangat senang dan bangga jika semua Prodi di lingkungan FIB USU, aktif melaksanakan kegiatan kajian ilmiah seperti Prodi S3 Linguistik ini. Apalagi dengan pandemi ini kita semua punya tantangan baru, bagaimana pandemi ini tidak menjadi penghalang bagi kita untuk terus menambah ilmu dan wawasan tentang bidang kajian kita masing-masing di Prodi,” katanya.

Dia juga menyatakan salut dengan Prodi S3 Linguistik USU ini. “Pantauan saya Prodi ini merupakan satu Prodi di USU yang aktif mengadakan berbagai kajian ilmiah secara daring selama pendemi ini. Terima kasih pak Kaprodi dan Sekretaris Prodi, meri kita terus berbuat dan melangkah bersama untuk kebaikan masyarakat, terutama yang konsen dan memiliki kemauan untuk menggali ilmu-ilmu baru. Saya berharap kuliah daring ini menginspirasi para mahasiswa S2 dan S3 FIB USU dan kepada seluruh peserta untuk menggali lebih dalam tentang kajian pragmatik lintas budaya. Terutama dikhususkan untuk mendukung percepatan studi para mahasiswa,” tandad Mauly.

Sementara Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP, dalam pengantarnya mengatakan, topik yang diangkat dalam kuliah daring II ini adalah topik pragmatik yang sangat menarik, sehingga dipilih sebagai materi kajian kekinian, dengan narasumber yang ahli dalam bidang pragmatik di Indonesia.

“Kami Prodi berharap kuliah daring dengan topik yang menarik ini akan dapat menginspirasi kita semua untuk menggali kajian pragmatik lintas budaya di Sumatera Utara, karena Prodi kita juga mendorong dosen dan mahasiswa untuk meneliti kajian budaya lokal Sumut dari berbagai teori bahasa. Kami Prodi juga akan terus aktif melakukan berbagai kegiatan akademik secara daring, sebgai wujud hadirnya kita untuk masyarakat, terutama ilmuwan dan praktisi bahasa. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua panitia yang telah bekerja keras dalam mensukseskan kuliah daring ini. Semoga kuliah ini ini bermanfaat bagi seluruh peserta dan kita semua,” kata Eddy.

Prof. I. Dewa Putu Wijana, dalam paparannya mengatakan bahwa kajian pragmatik lintas budaya ini merupakan materi yang mudah-mudah sulit, karena kajian pragmatik ini sudah pada tataran yang sangat tinggi. Artinya jika ingin terjun mengkaji kajian pragmatik seharusnya masalah fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis harus sudah beres. Jika belum beres nanti akan berdampak pada kedalaman analisis, dan kesulitan untuk mengembangkan kajianya.

“Mengkaji pragmatik lintas budaya, kita harus memiliki data yang benar dari berbagai lintas budaya. Tapi jangan khawatir, mengkaji bahasa ini memang butuh kesungguhan dan keseriusan. Saya tantang setelah kuliah daring ini, harus ada dosen, mahasiswa S2 dan S3, serta seluruh peserta untuk menggali potensi budaya kita masing-masing untuk mengkaji pragmatik lintas budaya. Bahasa batak ini merupakan potensi besar dalam kajian pragmatik lintas budaya. Saya siap membantu jika saudara semua mau menggali potensi bahasa di Sumut ini untuk dikaji secara pragmatik,” katanya. (Nas)

Print Friendly