UMSU Ajak Silaturahmi Spiritual Berlebaran di Tengah Pandemi COVID-19

KANALMEDAN – Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) mengajak masyarakat tetap menjalin silaturrahim spiritual dalam merayakan Lebaran di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.

Hal tersebut disampaikan Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Dr Rudianto, Sabtu, pada acara Webinar Akhir Ramadhan 1441 H dengan tema “Lebaran di Tengah Pandemi COVID-19.

Dalam seminar tersebut ia mengajak umat Islam untuk tidak memaksakan diri melakukan mudik secara fisik, tapi cukup menjalin silaturrahim secara spiritual dan virtual untuk mencegah penyebaran Virus Covid-19 agar tidak meluas.

Silaturrahim spiritual juga tidak mengurangi makna dan semangat perayaan Idul Fitri 1441 H. “Kegiatan yang dilaksanakan itu merupakan momen baru sepanjang berdirinya Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,” katanya.

Dalam masa pandemi ini segala kegiatan yang biasa dilakukan secara langsung namun kini dialihkan secara virtual sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan pemerintah dan sami’na wa atho’na pada keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Tentunya ini tidak mengurangi kekhidmatan dalam menyambut hari raya Idul Fitri pada tahun ini setelah satu bulan lamanya berjuang menjalankan puasa dan ibadah Ramadhan.

“Semoga Allah lipat gandakan pahala ibadah yang kita lakukan dengan penuh keimanan dan ketakwaan, Ujarnya.

Dr. Rudianto mengatakan lebaran virtual bukan hal mustahil dilakukan di masa pandemi covid-19 ini, melihat data yang menunjukkan sebanyak 338,2 juta gadget tersebar di masyarakat Indonesia dan terkoneksi secara digital.

Sehingga dalam hal ini masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan penggunaan aplikasi ataupun platform dalam melakukan kegiatan serta aktivitas sehari- hari termasuk salah satunya lebaran virtual.

Ia juga menjelaskan terdapat keuntungan dan juga kekurangan ketika melakukan komunikasi secara virtual. Keuntungan yang dimaksud dengan komunikasi virtual bisa memutus jarak (physical distancing), meringankan pembiayaan, dan dapat mengatur kualitas komunikasi.

Adapun kekurangan dalam komunikasi virtual terjadi feed back yang tertunda, aspek-aspek non verbal tidak ada, dan sering terjadi permasalahan teknis dan sinyal.

Terlepas dari perdebatan berdamai atau tidak dengan pandemi COVID-19 ini Rudianto berpandangan dalam sebuah insiden bencana yang terjadi pasti akan ada new normal setelahnya.

Akan tetapi harus di pahami new normal akan terjadi kalau responnya sudah dilakukan. Namun hal ini agak sulit dilakukan di Indonesia mengingat Pemerintah Indonesia menginginkan new normal segera dilaksanakan namun respon dan recovery tak kunjung dilaksanakan.

“Dengan kata lain new normal di Indonesia masih berupa sebuah harapan, ujarnya.

Rudianto mengatakan ada beberapa hal yang terjadi ketika new normal dilakukan diantaranya masyarakat akan tetap berada di rumah dan hanya keluar jika ada hal penting dan mendesak.

Selalu safety dengan masker, handsanitizer dan menjaga kebersihan, terbiasa mencuci tangan minimal 30 menit sekali, terlatih menjaga jarak, menghindari transportasi umum dan lainnya.

“Dan tentunya dalam new normal dalam beraktivitas kita menggunakan video confrence, work from home, online shopping, e learning dan yang terpenting menerapkan pola hidup bersih dan sehat,” katanya. (Nas)

Print Friendly