UMA Ditantang Dirikan Laboratorium Halal Berbiaya Rp10 M
KANALMEDAN – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (DPW IAEI) Sumatera Utara (Sumut) Dr H Azhari Akmal Tarigan MAg menantang Universitas Medan Area (UMA) mendirikan laboratorium halal yang refresentatif berbiaya Rp10 miliar.
“Saya yakin UMA mampu mendirikan laboratorium halal representatif. Baik dari segi sumber daya manusia maupun finansial, UMA sanggup mendirikan laboratorium halal yang lengkap, modern dan canggih,” ujarnya saat menjadi salah satu pembicara pada Roadshow Seminar Ekonomi Islam bertema “Optimalisasi Industri Halal dalam Membangun Ekonomi Islam Indonesia diEera Industri 4.0” di aula Perpustakaan Kampus I Jalan Kolam Medan Estate, Kamis (3/10).
Seminar yang digelar atas kerja sama Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMA dan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) itu dibuka Rektor UMA Prof Dr Ir Dadan Ramdan MEng MSc.
Seminar menampilkan pembicara Dr H Sapta Nirwandar SE, ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Safri Haliding SE MSc ACC, Tenaga Ahli Pariwisata Halal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Ahmad Rafiki PhD (dosen ekonomi syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMA), dan Inza Putra (Deputy Funding and Digital Banking PT Bank BRI Syariah TBk). Seminar dipandu Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FEB UMA Ir M Yamin Siregar MM.
Hadir dalam roadshow seminar nasional itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UMA Muazzul SH MHum, Dekan FEB UMA Dr Ihsan Efendi SE MSi, Wakil Dekan Bidang Akademik Hery Syahrial SE MSi, Ketua Panitia Teddy Pribadi SE MM, Kahumas UMA Ir Asmah Indrawati MP, dan para ahli ekonomi syariah dari berbagai perguruan tinggi di Sumut.
Azhari Akmal Tarigan menyebutkan, peran perguruan tinggi dalam pengembangan industri halal dapat dilakukan dengan membangun SDM yang andal. Untuk itu, teknologi menjadi penting untuk dikembangkan dan diarahkan.
“Dan UMA yang memiliki Fakultas Ekonomi dan Pertanian dinilai mampu melakukan peran pengembangan industri halal di Sumut,” tandas mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) ini.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UINSU ini kemudian mengajak perguruan tinggi di Sumut membentuk pusat-pusat studi halal dengan berbagai keunikannya masing-masing. Selain itu menciptakan iklim atau atmosfir halal kampus yang kondusif.
Pembicara lainnya, Ahmad Rafiki mengatakan, Indonesia baru sebatas menjadi konsumen dalam industri halal global, belum menjadi produsen. Padahal, saat ini negara-negara non-Muslim berlomba- berlomba-lomba menjadi pusat industri halal di dunia.
“Thailand kini menjadi pusat makanan halal dunia. Korea jadi tujuan wisata halal di dunia. China pengekspor pakaian halal terbesar di dunia. Jepang akan menjadikan industri halal sebagai kontributor utama ekonominya pada 2020. Sedangkan Australia dikenal sebagai pemasok daging sapi halal terbesar di dunia. Brazil jadi pemasok daging ayam halal terbesar di dunia. Sementara Inggris kini jadi pusat keuangan syariah di Barat,” kata pakar ekonomi Syariah FEB UMA ini seraya berharap Indonesia harus jadi produsen, bukan konsumen dari industri halal.
Rektor UMA Prof Dadan Ramdan dalam sambutannya mengapresiasi Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) yang telah menunjuk UMA sebagai tempat penyelenggara seminar ini, walau UMA belum memiki Prodi Ekonomi Syariah. “Namun dalam waktu dekat ini UMA akan buka prodi itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Teddy Pribadi SE MM didampingi Dekan FEB UMA Dr Ihsan Efendi kepda wartawan di sela-sela seminar mengatakan, seminar diikuti 300 peserta dari beberapa perguruan tinggi di Medan. Tujuannya untuk memberi pemahaman bahwa produk halal punya potensi untuk dijual, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
“UMA ditunjuk sebagai tempat menyelenggaraan Roadshow Seminar Nasional Ekonomi Islam ini lantaran selama ini UMA aktif mengikuti kegiatan diskusi maupun seminar ekonomi syariah. Dan dalam waktu dekat UMA akan membentuk Pusat Studi Supply Chain Halal,” kata Teddy. (Nas)
Andalas/ist