Butong: Pelayanan RSUD Pirngadi Masih Lambat

KANALMEDAN – Layanan di RSUD dr. Pirngadi Medan dinilai masih lambat. Hal itu terlihat dari penanganan terhadap Nadya Putri, pengemudi ojek online (ojol) yang mengalami kecelakaan di kawasan Cemara Asi, harus kehilangan tangan kanannya karena diamputasi.

Anggota Komisi B DPRD Medan Surianto menerangkan, peristiwa itu berawal dari kecelakaan yang dialami korban di Cemara Asri pada Senin (21/1) lalu. Korban lalu dirujuk ke rumah sakit milik Pemko Medan tersebut setelah mendapat pertolongan pertama dari klinik yang berada di dekat lokasi kecelakaan.

“Tetapi saat di Rumah Sakit Pirngadi, Nadya Putri mendapat pelayanan yang terkesan lambat dan tidak profesional. Padahal rumah sakit ini termasuk dalam tipe A,” ungkap politisi yang akrab disapa Butong itu kepada wartawan, Rabu (20/2/2019).

Butong pun menyayangkan, buntut dari buruknya pelayanan itu dapat menurunkan nilai kepercayaan masyarakat. Apalagi kasus ini sempat viral di sosial media dan menjadi konsumsi publik. Dia berharap, kasus ini dapat menjadi catatan Walikota Medan, Dzulmi Eldin.

“Harusnya sebagai rumah sakit tipe A, Pirngadi mampu memberikan layanan secara maksimal. Sehingga, kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit tersebut dapat meningkat,” beber Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Medan itu.

Humas RSUD dr. Pirngadi, Edison Peranginangin tidak berhasil dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp. Begitu juga dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Efendi, tidak menjawab telepon selulernya.

Diketahui, Nadya Putri, harus menjalani operasi amputasi pada tangan kanannya. Operasi itu menyusul peristiwa yang dialaminya di RSUD dr. Pirngadi karena lambatnya pelayanan di rumah sakit tersebut.

Dia mengalami luka serius pasca mengalami kecelakaan di kawasan Cemara Asri. Saat dirujuk ke RSUD dr. Pirngadi, tangannya hanya dibalut kain kasa dan pada pukul 21.00 mendapat jahitan.

Lalu, dia diperbolehkan pulang dan direkomendasikan untuk melakukan berobat jalan selama satu minggu. Pada kontrol pertama, tidak ada perubahan dan luka tidak kunjung kering. Namun pada hari kelima kontrol, posisi luka sudah melepuh dan bernanah. Saat dipertanyakan, pihak rumah sakit tidak menggubris.

Ironisnya, gips bekas nanah tidak diganti. Dan hari ketujuh, pihak keluarga memutuskan untuk memindahkannya ke RS USU. Sampai di sana, dokter spesialis langsung memeriksanya dan menyatakan luka tersebut sudah infeksi bahkan membusuk. (NAS)

 

 

Print Friendly