Relokasi Solusi Terbaik Atasi Jalinsum Batu Jomba Tapsel

KANALMEDAN-TAPSEL : Relokasi jalan merupakan solusi terbaik dalam mengatasi persoalan Jalan Lintas Sumatera(Jalinsum) Batu Jomba Sipirok, Kabupaten TapanuliSelatan, Sumatera Utara.

Penegasan tersebut disampaikan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) wilayah II Medan, melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 09 Sipirok CS, Agus Suhendra menjawab kanalmedan.com, Rabu (17/10/2018).

“Penurunan badan jalan nasional daerah batu jomba sekitar lima centimeter, dan itu terjadi setiap hari,” kata Agus.

Menurutnya, kerusakan ruas badan jalan di lokasi itu dipicu ketidakstabilan dan kontur tanah kerap melakukan pergerakan.

“Karena itu, apabila relokasi tidak dilakukan, kondisi jalan di Batu Jomba akan berulangkali terjadi seperti itu,” ungkapnya.

Dijelaskan Agus, pihak BBPJN telah melakukan survei di lokasi lain.

“Kita menilai jalur via Sipirok-Pangaribuan tembus Siborong-borong cukup berpotensi sebagai alternatif relokasi ruas jalan Batu Jomba,” jelasnya.

Sementara, Agus mengatakan, untuk ruas jalan Batu Jomba, berbagai upaya telah dilakukan guna mengatasi pergerakan tanah pada jalan sepanjang lebih kurang 650 meter itu.

“Upaya penimbunan material batu pecah rutin dilakukan guna meminimalisir kerusakan ruas jalan tersebut,” kata Agus.

Kondisi Jalan Batu Jomba Ganggu Arus Lalulintas

Namun, sambung Agus, meskipun pihaknya kerap melakukan perbaikan dengan material yang ada, kondisi ruas badan jalan Batu Jomba selalu saja  menimbulkan gangguan arus lalu lintas.

Sebagaimana diketahui, tingginya intensitas curah hujan belakangan ini mempercepat kerusakan badan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) tepatnya di Batu Jomba, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapsel.

Akibatnya, tercipta antrean panjang kenderaan dari dua arah.

Kontruksi badan jalan bergelombang dan lembek serta memiliki kemiringan cukup ekstrim membuat pengendara harus berjibaku melewatinya, tercatat beberapa mobil bertonase berat bahkan ringan pernah terperosok bahkan terguling di titik jalan yang dikenal dengan ‘batu termahal’ di dunia itu. (Awal HSB)

Print Friendly