Kanker Pada Anak Masih Besar Harapan Sembuh

KANALMEDAN – MEDAN : Meskipun kanker merupakan suatu penyakit yang sangat menakutkan, namun sejatinya, penyakit ini masih dapat disembuhkan. Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan Onkologi Anak Medan (YOAM) Rizanul Arifin saat memperingati Hari Kanker Anak Sedunia sekaligus merayakan HUT ke 12 YOAM di Dusun Kreatif Marendal, Minggu (25/2/2018).

“Intinya kanker itu bisa sembuh. Syaratnya kita harus datang ke rumah sakit dalam kondisi stadium awal,” ungkapnya kepada wartawan.

Karenanya, jelas Rizanul, melalui peringatan hari kanker anak sedunia ini, pihaknya ingin membuktikan jika kanker itu bukan suatu hal yang harus ditakuti, meski memang harus diakui saat ini masih menakutkan. Hal itu telah dibuktikan, dengan sembuhnya beberapa orang anak penderita kanker, yang kini tergabung dalam Cancer Boster Community (CBC) dibawah naungan YOAM.

“Jadi, ketika anak itu dikirim ke RS Adam Malik sebagai rumah sakit rujukan tertinggi, masih sangat fresh dan bisa diobati,” ujarnya.

Tingkat keberhasilannya, jelas Rizanul, ketika pasien masuk di stadium awal bisa 80 persen sembuh. “Tapi selama ini yang menjadi kendala, ketika berobat ke Medan pasien dari luar kota tidak ada tempat menginap,” sebutnya.

Namun sekarang tutur Rizanul, hal itu tidak menjadi masalah karena YOAM memiliki rumah singgah yang sudah berjalan selama 8 tahun lebih. Sehingga anak-anak penderita kanker bisa tinggal gratis dan dapat suplai makanan yang cukup.

Hanya saja sambungnya, sebagai yayasan yang bekerja sendiri YOAM tidak sanggup. Untuk itulah, dirinya berharap banyak tangan yang mau turun membantu. “Makanya kami harus terus menggali untuk biaya mereka selama di rumah singgah. Gali lubang tutup lubang. Syukur-syukur Alhamdulillah banyak yang membantu. Seperti sekarang ada beberapa kalangan yang bisa membantu kita,” tambahnya.

Berdasarkan data tiga tahun terakhir, jumlah anak yang masuk ke YOAM kurang lebih 300-an anak dan sebagian besar sudah meninggal. “Sekarang kita punya sekira 160-an anak yang didampingi setiap saat. Mereka datang dari semua wilayah Sumbagut, Aceh, Riau, sebagian Sumatera Barat bahkan Kepulauan Riau,” sebutnya.

Namun lanjut Rizanul, untuk kanker ini, obat yang dikenal dalam istilah kedokteran MTX tidak bisa lagi ditemukan di Indonesia sementara pasien harus meminumnya setiap hari. Selain itu ada beberapa obat yang tidak masuk ke dalam BPJS sementara anak-anak yang didampingi sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu.

“Kalau dihitung, kebutuhan mereka untuk obat itu satu hari, sekira Rp30 ribu. Bisa dibayangkan kalau mereka keluarga tidak mampu,” tandasnya.

Sementara itu, pakar onkologi anak dari Universitas Sumatra Utara yang juga tim pakar onkologi Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Prof Dr dr Bidasari Lubis SpA(K) mengatakan, beberapa kanker bahkan bisa dideteksi sejak bayi belum lahir. Karenanya, dukungan orangtua dan lingkungan sangat mempengaruhi kualitas hidup anak penderita kanker.

Namun Bidasari mengatakan, umumnya pasien kanker yang datang berobat sudah stadium lanjut. Sehingga kedepan, ia berharap tenaga medik di layanan primer dapat merujuk pasien dengan kondisi lebih awal.

“Kondisi awal kanker pada anak bisa kita lihat. Untuk leukemia misalnya, anak biasanya demam tidak sembuh-sembuh, nyeri tulang, adanya perdarahan dan pucat. Jika begini, sebaiknya segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki spesialis anaknya,” jelasnya.

Ketua Cancer Buster Community (CBC) yang selama ini menjadi dampingan YOAM Idral Zuanda AR mengatakan, komunitasnya bergerak untuk memberikan semangat kepada anak-anak penderita kanker. Dia menceritakan, dahulu dirinya sempat menderita kanker darah (leukimia) saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

“Alhamdulillah saya sudah sembuh. Dari sanalah kami kemudian membentuk komunitas yang didirikan pada 2008 silam yang anggotanya tersebar di beberapa kota di Sumatera Utara,” kata dia.

Diceritakan mahasiswa tingkat akhir di Mikroskill itu, gejala kanker yang dirasakannya ditandai dengan demam yang naik turun, perut dan limpa membesar, nafsu makan berkurang serta bobot tubuh yang mengalami perununan drastis. “Beruntungnya, orangtua saya bekerja di bidang kesehatan, makanya kanker saya ini cepat terdeteksi. Kanker itu apabila cepat ditangani maka akan sembuh,” pungkasnya.

Hadir saat itu Ketua Yayasan Kanker Indonesia Cabang Sumatra Utara, Konsul Jenderal Malaysia di Medan, Konsul Singapura dan segenap pihak yang mendukung kegiatan tersebut selain keluarga besar YOAM dan komunitas pendukungnya selama ini. (ril)

Print Friendly