Gubsu : Horja Godang Bobby-Kahiyang Menunjukkan Kayanya Adat Budaya Nusantara
KANALMEDAN – Pesta adat atau Horja Godang pernikahan Muhammad Bobby Afif Nasution dengan Kahiyang Ayu Siregar di komplek Bukit Hijau Regency (BHR)-Taman Setia Budi Indah Medan, Sabtu (25/11/2017), berlangsung meriah dihadiri tokoh-tokoh masyarakat, ulama, tokoh adat dan tokoh lintas etnis.
Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi, usai menghadiri Horja Godang tersebut mengatakan, pesta adat atau horja godang ini menunjukkan kayanya adat budaya nusantara. “Ini menunjukkan bahwa Indonesia itu kaya, khususnya Sumatera Utara yang juga kaya dengan adat budaya,” katanya.
Selain itu, orang nomor satu di Sumut ini menegaskan bahwa pesta adat yang telah dilangsungkan baik di Solo dengan ritual suku Jawa dan Medan dengan Horja Godang ala Mandailing, menandakan begitu kayanya Indonesia dengan adat budaya yang masing-masing punya keunikan tersendiri, khususnya Sumatera Utara yang juga terdapat berbagai suku di dalamnya.
Dalam kesempatan itu, Erry yang turut hadir pada acara tersebut bersama istri, Ny. Evi Diana Br Sitorus terlihat menikmati dan meresapi setiap prosesi adat yang berlangsung sejak pagi hingga siang hari. Dirinyapun menyampaikan ucapan selamat kepada kedua mempelai Bobby dan Kahiyang yang telah mengikuti dan menjalani serangkaian acara adat sejak awal pekan lalu hingga kemarin puncak acara Horja Godang. “Mudah-mudahan keduanya menjadi keluarga yang senantiasa rukun, sakinah, mawaddah, warohmah,” ucapnya.
Presiden Jokowi memberikan nasihat atau Ajar Poda dengan bahasa Mandailing. Hal ini disebutkan sebagai bagian dari kekayaan adat budaya nusantara. “Kita diajarkan, holong da maroban domu, domu maroban parsaulian. Kasih sayang membawa persatuan. Persatuan membawa kebaikan bersama,” ujarnya.
Dalam nasehatnya kepada kedua mempelai, Presiden mengatakan bebrapa hal. “Ada beberapa hal yang harus ananda berdua amalkan, pantun hangoluan, teas hamatean, untuk itu harus menjaga sopan santun, jika tidak menjaga sopan santun maka malapetaka akan datang,” sebutnya didampingi Ibu Iriana.
Presiden juga mengingatkan dalam bahasa Mandailing ‘suan tobu di bibir dohot di ate-ate’. Artinya sesuatu yang baik itu, tidak hanya terlihat manis di bibir saja, tetapi dalam hati juga harus sama. Begitu juga dalam membina kerukunan bertetangga, bersaudara, dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Sehingga apa yang diperbuat, maka begitu pula yang akan diterima dari orang lain.
“Tangi di siluluton, inte di siriaon. Artinya, jika ada kemalangan walaupun kita tidak diundang, kita wajib untuk datang dan menolong. Tetapi jika ada kegembiraan, kita hanya wajib datang kalau diundang. Bahat disabur, anso bahat salongon, kalau kita banyak menanam (kebaikan) maka kita akan banyak memetik hasilnya,” sebut Presiden RI itu kepada anak dan menantunya.
Usai pesta adat tersebut, Joko Widodo bersama keluarga besar dari Solo serta rombongan keluarga besar (alm) Erwin Nasution beranjak dari lokasi pesta untuk kembali ke kediaman. Sementara Gubsu Tengku Erry Nuradi justru tertahan dan tidak dapat meninggalkan lokasi pesta hingga satu jam lebih karena hendak menerima permintaan masyarakat para undangan yang hadir untuk foto bersama. (Adek)