Ini Pernyataan Sikap Umat Islam Sumut Terkait Kerusuhan di Mako Brimob
KANALMEDAN – Menyikapi peristiwa kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, yang diduga dipicu oleh perbuatan oknum anggota polri yang melecehkan umat islam, sejumlah elemen umat islam di Sumut antara lain Ruhul Jihad Sumut, PETA dan FUBUmeminta pemerintah menuntaskan kasus ini.
Tujuannya, agar kasus ini terang benderang dan kesimpangsiuran kabar terkait penyebab kerusuhan dapat diketahui publik, “kita meminta ketegasan dari pemerintah untuk membentuk tim pencari fakta guna mengungkap kasus ini,” kata Zulfan, Komandan Laskar Ruhul Jihad Sumut didampingi Panglima Laskar Ruhul Jihad Sumut, Ronny Syamsury, Rabu, (15/11/2017).
Lanjut dijelaskan Zulfan, tim pencari fakta yang terdiri dari Komnas HAM, unsur masyarakat, umat Islam, Kompolnas dan DPR – RI selaku leader, nantinya dapat mengungkap secara terang benderang kasus ini. “Ormas islam Sumut memandang perlu dilakukan penelusuran dan investigasi mendalam terkait kebenaran kabar penyebab kerusuhan tersebut guna memperoleh validitas informasi,” jelasnya.
Selain itu, Zulfan berharap, tim pencari fakta juga nantinya meminta keterangan dari sejumlah pihak termasuk para napi kasus terorisme yang berada di lokasi sewaktu kerusuahan terjadi. “Dari hasil investigasi pencari fakta tersebut nantinya diharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang valid dan berimbang sehingga dapat diambil tindakan tegas,” harapnya.
Senanda dengan Zulfan, Ronny Syamsury juga meminta pihak kepolisian jangan hanya mengatakan kabar yang tersiar tentang pemicu kerusuhan adalah kabar bohong alisa Hoaks. “Kepolisian seharusnya jangan hanya melontarkan kalimat – kalimat yang menyebutkan pemicu kerusuhan disebabkan pelecehan terhadap kitab suci al – quran adalah kabar bohong tanpa bisa memberikan bukti yang valid,” pinta Ronny.
Karena rasanya, Ronny menjelaskan, terlalu naif apabila kerusuhan ini terjadi hanya karena adanya provokasi dari orang – orang yang tidak terima handphonenya dista. “Seandainya memang kerusuhan itu dipicu oleh tidak terimanya para napi handphonenya disita, kenapa napi – napi kasus narkoba dan lainnya tidak ikut dalam keributan tersebut. Lalu kenapa hanya napi – napi yang notabene terkait kasus terorisme saja yang ribut,” jelasnya.
Oleh sebab itu, kata Ronny, ini merupakan masukan bagi tim pencari fakta dalam melakukan investigasi untuk mengungkap kasus tersebut. “ini merupakan masukan bagi tim pencari fakta. Mengapa napi – napi kasus terorisme saja yang ribut, kalau memang itu benar hanya persoalan penyitaan handphone atau petugas hanya menyita handphone milik napi kasus terorisme. Sedangkan napi kasus lain tidak. Sebab faktanya yang ribut dan menyuarakan kalimat takbir hanya mereka (napi terorisme),” imbuhnya.
Selain itu juga, Ronny menyebutkan, dari kasus ini, ia tidak ingin kepercayaan masyarakat kepada polri semakin menurun. “kita tidak ingin kepercayaan masyarakat terhadap polri menurun. Dari itu, kalau memang polisi benar, seharusnya mereka memperbolehkan dilakukan investigasi dengan melakukan wawancara langsung dengan napi yang terlibat kerusuhan,” sebutnya.
Ronny mengaku, pihaknya sudah bosan mendengar kalimat – kalimat bohong berbentuk sanggahan yang dilontarkan polri. Sebab, umat Islam sudah teraniaya dengan pelabelan terorisme ditambah lagi di dalam tahanan mendapat intimidasi, “hal ini sudah berulang. Jika memang polri ingin memusuhi Islam, jantan saja mengatakannya. Tidak perlu dengan bahasa – bahasa klise seperti ini,” akunya.
Sebelumnya, Jumat, (10/11/2017) pekan lalu, kerusuhan pecah di rutan Mako Brimob, Kelapa Dua Depok. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber dari media sosial, disebutkan para tahanan yang didakwa dengan kasus terorisme berang dengan adanya kabar pihak sipir yang diduga melecehkan Al-Qur’an dan kitab-kitab para ulama milik tahanan. Saat itu, sembari memekikkan kalimat takbir, para Ikhwan yang tidak terima dengan perlakuan tersebut mengamuk dan menghancurkan ruang tahanan Mako Brimob.
Sementara itu, Kepala Biro Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjend Pol Rikwanto dalam siaran persnya pasca kerusuhan mengatakan kabar yang beredar di media sosial tidak semuanya benar. Dalam keterangannya, ia mengatakan bahwa ada narapidana kasus terorisme yang tidak terima ponselnya disita petugas. Begitupun, umat Islam Sumut meminta pemerintah mengusut tuntas kasusu ini dengan membentuk tim pencari fakta agar kebenaran dalam terkait kasus ini terungkap. (Adek)