Anies Dilaporkan Terkait Pidatonya, Shohibul : Terima kasih
MEDAN – Tidak mengapa ada pihak yang melaporkan Anies Baswedan atas pidato politik pertamanya usai pelantikan beberapa hari lalu, khususnya karena di dalam pidato itu ada penggunaan diksi “pribumi”.
Saya justru berterimakasih kepada orang yang melaporkan itu. Karena pelaporan itu akan menjadi sebuah media edukasi rakyat di seluruh Indonesia, atau bahkan dunia, bahwa pribumi ya pribumi. Konsep pribumi itu tidak akan pernah hilang sampai kapan pun. Konsep pribumi tidak diabadikan untuk politik rasistik sama sekali. Apalagi Anies Baswedan dalam pidatonya menggunakan diksi itu dalam kerangka pemahaman sejarah. Ia tentu ingat pesan bapak bangsa “Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah)”.
Hal tersebut diktakan akademisi sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar. “Bagi pihak yang selama ini gerah atas kondisi Indonesia yang menjauh dari Pancasila dan keadilan sosial, pidato ini memicu semangat menghadirkan sebuah energi positif tidak hanya untuk Jakarta, melainkan untuk Indonesia secara keseluruhannya,” kata Shohib, Minggu, (22/10/2017).
Menurutnya, tidak ada yang salah dari pidato Gubernur DKI terpilih itu. Sebab, beberapa waktu lalu, kata – kata pribumi juga disebutkan Megawati Soekarno Putri. “Ingat beberapa waktu lalu, Megawati Soekarno Putri juga menggunakan pendekatan yang sama, dan menyebut nasib pribumi, ketika berpidato saat menerima sebuah gelar kehormatan dari Universitas Negeri Padang. Bahkan, Menteri Kelautan Susi memiliki program yang mirip dengan program Ekonomi Benteng yang jelas – jelas memihaki pribumi pada pemerintahan Soekarno. Menteri Kelautan Susi memandang penting untuk melakukan kebijakan berupa konglomerasi pribumi. Itu bukan program rasis,” imbuh ketua DPD – IMM Sumut priode 1986 – 1988 ini.
Dalam kaitan itu, Shohib menjelaskan, di Indonesia ada sebuah organisasi bernama Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia disingkat HIPPI. Itu sebuah wadah penting kebangsaan yang merujuk ke bumi Indonesia dengan amat wajar dan sungguh-sungguh. “Sampai sekarang ini, dunia mengenal sebuah tanggal peringatan, yakni Hari Peringatan Pribumi se-Dunia yang jatuh setiap tanggal 9 Agustus. Begitu juga hingga saat ini, setahu Saya masih sehat dan berjalan lancar sebuah perusahaan bus antar kota di Sumatera Utara, bernama SAMPRI yang merupakan singkatan dari Samosir Pribumi,” jelas ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumut ini.
Lebih lanjut diungkapkannya, kritik terhadap pidato politik Anies Baswedan umumnya dengan mudah dapat dilacak dan dilihat secara jelas dari kubu dan perspektif mana. Bukan dari orang-orang yang berniat mempancasilakan Indonesia (kalau istilah ini boleh disebut), mewujudkan keadilan sosial di dalamnya, dan merintangi kekuatan – kekuatan nyata neokolonialisme yang jahat. “Munculnya diksi “pribumi” yang dianggap begitu kontroversial, sesungguhnya adalah sebuah evaluasi sejarah yang memang harus seperti itu. Jika keberatan terhadap sejarah, justru yang harus dilakukan ialah membumikan Pancasila itu dengan semua sila – silnya, terutama sekali keadilan sosial,” ungkap alumnus pasca sarja Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini.
Oleh sebab itu, Sekretaris Umum Parsadaan Luat Pahae Indonesia (PLPI) ini menegaskan, salahkah merujuk sejarah untuk merekonstruksi Indonesia sebagaimana ia diinginkan oleh cita – cita besar seluruh warga yang tercermin dari Proklamasi, Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila? Kamu menjadi takut? Jangan. Jangan. Indonesia tidak boleh melupakan sejarah.
Begitupun, Anies Baswedan berbicara untuk Indonesia melalui miniaturnya Jakarta. Ia sedang memulai pemanasan mesin untuk energi perubhan Indonesia. “Anies Baswedan telah berbicara apa adanya. Telah memberi sebuah kritik atas diri kita semua yang alpa. Dia telah menunjukkan bahwa keberanian sangat diperlukan saat ini untuk sebuah perubahan besar. Di atas segalanya, Anies Baswedan telah memperjelas – tegaskan bahwa menempatkan Kuasa Allah di atas segalanya adalah keniscayaan mutlak, apa pun kata orang sakit tentang itu,” tegasnya.
Selaini itu, Shohib mengingatkan bahwa di akhir pidatonya, Anies mengungkapkan pengharapannya kepada Allah SWT. “Jangan lupa, ia mengakhiri pidatonya dengan ungkapan “Wallahu muwafiq ila aqwamith thoriq” yang maknanya ialah sebuah pengharapan agar Allah SWT memberi jalan terbaik bagi bangsa ini,” tandasnya. (Adek)