Menteri Perdagangan RI : UNPRI  Is The Best

KANALMEDAN-MEDAN : Menteri Peradangan RI Enggartiasto Lukita pada kuliah umumnya di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) menyatakan UNPRI Is The Best.

Ungkapan tersebut katanya sesuai dengan komitmen UNPRI Medan dalam memajukan kampusnya dengan segala konsekwensi yang harus dilakukan, baik dari yayasan, Guru Besar dan seluruh mahasiswa sehingga berani menyebut UNPRI The Best Choice.

Acara tersebut dihadiri Walikota Medan Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si, Pendiri UNPRI Dr dr I Nyoman Ehrich Lister, MKes, AIFM, Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) UNPRI, Dr. Tommy Leonard, SH, MKn, Rektor UNPRI Dr. Chrismis Novalinda Ginting, SSit, MKes,Wakil Rektor (WR) I Seno Aji, MEng Prac, WR II, Dr. Ermi Girsang, SKM, MKes, WR III Said Rizal SHI MA, WR IV dr Alinapiah Nasution MKT, para dekan wakil dekan dan Civitas Akademika UNPRI.

Menteri juga menyebutkan, UNPRI Medan sudah baik dan sangat berkembang.

Maka berbahagialah mahasiswa yang mendapat kesempatan menuntut ilmu di kampus yang sudah berkembang pesat ini, apalagi melihat Rumah Sakit Umum (RSU) Royal Prima.

Menteri mengharapkan UNPRI bisa melahirkan tenaga-tenaga dokter yang handal dan sekaligus menambah rumah sakitnya, yang saat ini baru memiliki empat rumah sakit.

“Saya mengharapkan RSU-nya bisa menambah rumah sakitnya yang saat ini baru. Karena kalau tidak devisa kita akan terbuang percuma, sekarang ini, banyak orang Medan berobat ke luar negeri ke Penang atau Singapura,” kata Menteri lagi.

Saat memberikan kuliah umnya yang bertemakan ‘Kebijakan Pemerintah Terkait Perdagangan Dalam Negeri Dan Luar Negeri’ mengatakan Indonesia saat ini tertinggal dengan negara-negara lain dalam hal perjanjian perdagangan.

Bahkan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Indonesia nyaris tanpa ada perjanjian perdagangan. “Kita masih dengan Asean saja, kemudian dengan Asean plus itupun belum bisa dilaksanakan karena belum mendapat dukungan penuh dari dewan dan baru sekarang saya paksa untuk menyelesaikan,” jelasnya.

Menurutnya, jika Indonesia bisa segera menyelesaikan perjanjian-perjanjian perdagangan dengan berbagai negara, maka ekspor kita akan semakin membaik, kalau tidak, tentu akan sebaliknya. “Ambilah contoh bagaimana Indonesia ekspor CPO ke Turki tahun 2015 senilai 350 juta Dollar, tahun 2016 sebesar 50 juta Dollar, dan 2017 nol. Beralih semua market share-nya ke Malaysia. Kenapa? Karena Malaysia sudah ada perjanjian zero tarif, sedangkan Indonesia tidak, sehingga kita dikenakan tarif mahal. Itu salah satu alasan kita segera memproses perjanjian-perjanjian perdagangan,” tambahnya.

Dijelaskan, di dalam perjanjian perdagangan ini bukan saja soal produk semisal minyak sawit dan karet, tetapi di dalamnya juga tenaga ahli atau orang.

Sebagai contoh yang segera akan kami selesaikan kerjasamanya adalah dengan negara-negara di Benua Afrika sebagi potensi pasar baru seperti di Tunisia dan Maroko.

“Kemudian kami ke Jepang bertemu dengan 11 menteri dari regional dan kita berunding di sana untuk membahas perjanjian perdagangan. Setelah itu kami dengan Australia (birateral) dan Indonesia segera selesaikan perjanjian dengan Australia.

Salah satu isi dari perjanjian itu adalah investasi univercity di Indonesia.

Ini sangat bagus karena selama ini begitu banyak mahasiswa Indonesia yang sekolah di sana dan berapa banyak devisa negara yang terbuang.

“Pesan saya, kepada para mahasiswa, tempuhlah pendidikan dengan sebaik mungkin, karena kalau tidak, kalian akan menjadi kuli di negeri sendiri. Mengingat di era keterbukaan ini tenaga-tenaga ahli dari luar akan masuk ke Indonesia dan kita tidak bisa menghadangnya,” imbaunya.

Menurutnya, Indonesia harus mencontoh India yang ditakuti berbagai negara karena mereka punya keahlian di dua bidang, yaitu IT dan keuangan.

Di India bahkan ada univercity yang sangat prestisius dan IT-nya begitu maju sekali.

Dalam kesempatan ini, Enggartiasto juga menyampaikan salah satu tugas dari Kementerian Perdagangan adalah bagaimana mengendalikan inflasi.

Salah satu mengenai inflasi adalah harga bahan pokok yang harus terkendali dengan baik dan dalam dua tahun terakhir ini harga bahan pokok cukup terkendali.

“Tahun ini juga terjadi inflasi terendah sejak lima tahun dan kami akan tetap mengendalikan itu dengan keras. Tetapi, jangan pernah kita larut dan dibenturkan antara swasembada dan inpor. Saya tidak akan memberikan izin impor apabila kebutuhan tercukupi di dalam negeri,” ucapnya.

Tetapi, lanjutnya, saya tidak akan mengambil resiko apabila ini urusannya perut.

Karena kalau lapar, apapun bisa terjadi, makanya kalau pada Desember, Januari, Februari kita tidak inpor beras, maka kita defisit.

Ini pun sebenarnya sudah terlambat karena harusnya sesuai instruksi Wapres impor sudah dilakukan pada Juni dan Juli 2017.

“Jadi memang dari sisi kebutuhan rakyat harus kita penuhi terlebihdulu. Kalau sudah terpenuhi, ya kita setop semua impor,” tegasnya.

Sementara itu, Rektor Unpri, Dr Chrismis Novalinda Ginting MKes, mengatakan sebuah  kebahagiaan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dapat hadir langsung dan berbagi ilmu di tengah kesibukannya sebagai pembantu Presiden untuk memberikan kuliah umum di Universitas Prima Indonesia.

Dia menjelaskan, Unpri saat ini adalah salah satu Universitas yang berkembang cukup pesat di kota Medan.

Dalam usia yang masih relatif muda, UNPRI telah terakreditasi B oleh BAN-PT.

Unpri juga dilengkapi fasilitas pendukung lainnya seperti RSU Royal Prima yang telah memperoleh izin menjadi Rumah Sakit Pendidikan Utama bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran UNPRI.

“Meski UNPRI tergolong masih muda dalam dunia pendidikan tinggi di Sumatera Utara, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menciptakan mahasiswa yang memiliki daya saing. Salah satunya melalui kuliah umum dengan menghadirkan narasumber yang berpengalaman dalam bidangnya,” ucapnya.

Karena itu, lanjut Chrismis, kami sangat berterimakasih atas kehadiran bapak menteri.

“Kami berharap ilmu yang bapak transformasikan, menjadi penambah pengetahuan serta semangat baru bagi para mahasiswa UNPRI dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas di era milinea ini,” katanya.

Terpisah, Pendiri UNPRI Dr dr I Nyoman Ehrich Lister, MKes didampingii Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) UNPRI, Dr. Tommy Leonard, SH, MKn yang dikonfirmasi, Senin, (9/7/2018) mengaku sangat mengapresiasi hadirnya Menteri Peradangan RI Enggartiasto Lukita memberikan kuliah umum kepada mahasiswa UNPRI.

Ia berharap, kehadiran Menteri Peradangan ke UNPRI bisa menginspirasi para mahasiswa dan lebih semangat lagi menuntut ilmu.

“Mudah-mudahan apa yang diharapkan Menteri Perdagangan untuk UNPRI dan RSU Royal Prima bisa segera terwujud,” harap dr Nyoman. (Siahaan/rel)

Print Friendly