Ketua DPRDSU Terima Mapasta UIN Sumut

 Teks foto: Mahasiswa pencinta alam UINSU saat beraudiensi diterima Ketua DPRD Sumut H Wagirin Arman SSos di ruang kerjanya gedung dewan. (Foto/rmi)

Mahasiswa pencinta alam UINSU saat diterima Ketua DPRD Sumut H Wagirin Arman SSos di ruang kerjanya . (Kanalmedan/Mery)

KANALMEDAN – Ketua DPRD Sumut H Wagirin Arman SSos menerima Mapasta UIN-SU (Mahasiswa pencinta alam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara), Rabu (14/3) di ruang kerjanua gedung DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol Medan.

Kunjungan Mapasta UINSU ke DPRD Sumut dipimpin Ondol Harahap selaku Ketua berharap dukungan moril maupun materi dari DPRD Sumut untuk panitia pelaksanaan national wall climbing copetition agar kegiatan salah satu pencinta alam yang akan dilaksanakan Mapala UINSU sukses.
Menyikapi hal itu, Wagirin Arman mengingatkan, mahasiswia harus tetap menjaga perilaku sebagai seorang mahasiswa yang benar-benar memiliki ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya mahasiswa tidak berperilaku seorang mahasiswa atau preman.
Untuk mensukseskan kegiatan, Wagirin menyarankan, mahasiawa harus bisa memanfaatkan situasi dan kondisi dengan tetap berada pada koridor yang sudah ditentukan.
“Kebetulan kita akan melaksanakan pesta demokrasi, mahasiswa harus bisa berperan dengan tetap pada posisi netral,” ujarnya seraya mengingatkan agar mahasiswa tidak ikut-ikutan apatis melihat hasil pilkada untuk tidak memilih.
Banyaknya kepala daerah dan pejabat yang tertangkap, Wagirin Arman mengatakan, itu semua akibat sistem yang sudah dibangun. Pemilihan-pemilihan pejabat, baik bupati, gubenur maupun anggota DPRD terjadi satu langkah akibat sistem tersebut.
Karena, ungkap Wagirin, untuk merekrut gubenur harus merekrut dana Rp1,2 triliun untuk penyelenggara, pengawasan dan pengamanan pilkada, tapi apa ada jaminan gubenur yang dipilih baik. “Mudah-mudahan yang terpilih dengan dana Rp1,2 triliun tidak tangkap lagi,” ujarnya.
Anggota dewan Hanafiah Harahap yang mendampingi Wagirin Arman juga berpesan agar mahasiswa agama harus menjadi mahasiswa yang islami baik perilaku maupun kegiatan lainnya.
“Jangan seperti mahasiswa lain yang berbau agama tapi berprilaku melempari dan menghancurkan gedung dewan. Padahal gedung itu dibangun dengan uang rakyat. Menyampaikan aspirasi tidak harus dengan perilaku tidak simpati, tapi bisa dilakukan dialog lebih elegan,” ujarnya. (Mery)
Print Friendly