HPI Tawarkan Solusi dan Minta Maaf pada Guru

pelajar islamKANALMEDAN – Himpunan Pelajar Islam (HPI) kota Medan menawarkan sejumlah solusi permanen  terkait maraknya aksi  kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan tersebut.

Hal itu dilakukan agar aksi kekrasn yang mencoreng dunia pendidikan tidak terjadi lagi.

Penegasan sikap tersebut disampaikan Ketua Umum  HPI, Dewata Sakti didampingi

Rizky Mustaqim,  Sekretaris Jendral, Primus Raihandinata Bendahara Umum kepada wartawan, Kamis, (8/2/2017).

“Kami berpendapat harus dibangun komunikasi yang konstruktif dan beradab antara siswa dan guru untuk membangun dunia pendidikan,” tegas Dewata yang juga merupakan siswi SMA Negeri 1 Medan ini.

Sementara itu, Sekjen HPI Rizky Mustaqim  mengatakan  dunia pendidikan juga harus membangun keteladanan moral, membangun prilaku yang konstruktif agar semua pihak menjadi lebih kondusif dan aman.

“Adalah sesuatu yang sia-sia untuk memperbaiki situasi pendidkan yang sangat carut marut hanya bertumpu pada penguatan UU tanpa  perbaikan karakter,” katanaya.

Senada dengan itu, Bendahara Umum HPI, Primus Raihandinata menyampaikan permohon maafnya kepada para guru yang menjadi korban kekerasan siswa.

“Sebagai siswa yang masih sangat mengharapkan transfer ilmu pengetahuan dari para guru, kami mohon maaf atas segala tindak kekerasan yang dilakukan sebagian pelajar terhadap guru,” pintanya.

Sebagaimana diketahui, aksi kekerasan  terjadi  tanpa memandang tempat dan waktu. Seperti halnya di dunia pendidikan. Padahal, sejatinya, dunia pendidikan selayaknya jadi tempat yang aman tentram dan beradab.

Namun kenyataanya belakangan ini  sebagaian sekolah menjadi momok yang menakutkan. Baik itu kepada guru dan para siswa.

Berbagai faktor yang melatar belakangi tindak kekerasan di dunia pendidikan.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI ), sepanjang tahun 2011-2015 telah terjadi 1.880 tindak kekerasan didunia pendidikan.

KPAI menyebutkan dari fakta yang ada. kekerasan itu terjadi bukan hanya dari guru juga dari murid terhadap guru.

Kekerasan tidak hanya dari kekerasan fisik, kekerasan verbal, psikologis.

Tentunya segala bentuk kekerasan itu berdampak buruk pada dunia pendidikan.

Tindak kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan seperti puncak  gunung es.

Terlihat sedikit namun jika didalami akan banyak kasus yang terungkap.

Seperti ” hidden Crime “atau kejahatan yang tersembunyi.

Di Indonesia  saat ini  justru tindak kekerasan banyak sekali terjadi di lingkungan pendidikan. Angkanya sangat fantastis,  mencapai 52,20 persen lebih dibanding dengan angka kekerasan di luar sekolah 45,80 persen (data 2013).

Ironisnya, pelaku dari tindak kekerasan itu bukan hanya guru, siswa juga melakukan tindak kekerasan terhadap guru dan tindak kekerasan antar siswa.

Contoh kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru terjadi di Jagakarsa, Jakarta selatan seorang guru memukul muridnya yang masih kelas 1 SD dengan penggaris besi (Endah hapsari, 2013) atau pelajar sendiri yang menjadi tersangka seperti kasus yang terjadi di jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat seorang pelajar tewas disabet celurit oleh siswa lainnya saat tawuran (Theresia felisiani, 2013).

Begitu juga kasus murid memukul guru SMA di Madura ( 2018 ). Pendidikan di Indonesia kini banyak melahirkan kekerasan.

Segala bentuk kekerasan tersebut akan ter-implementasi  dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan  tidak akan melahirkan manusia yang disiplin dan beradab. Justru melahirkan manusia yang mengalami gangguan psysichis, trauma atau malah semakin brutal.

Kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan, membuat banyak pihak khawatir. Kekerasan terjadi dari tingakat sekolah dasar, menengah, atas bahkan perguruan Tinggi.

Pelakunya tidak hanya dari siswa saja tapi juga dari para pendidik.

Para pendidik yang berdalih dalam melakukan kekerasan untuk menerapkan norma disiplin tapi kadang terlalu dipaksakan dan jatuhnya jadi tindak kekerasan.

Kekerasan tidak hanya secara fisik tapi juga, verbal dan psikologi,  seksual, membuat anak didik terganggu fisik dan psikisnya. Menjadi trauma yang berkepanjangan. Kekerasan dalam pendidikan sebenarnya adalah fenomena yang sangat marak terjadi tapi sedikit kasus yang ditangani secara khusus.

Pergeseran Moral

Salah satu penyebab tindakan kekerasan itu adalah telah terjadinya pergeseran moral masyarakat.

Guru tidak lagi menjadi sebuah pekerjaan yang mulia.Tapi lebih pada pekerjaan “Untung Rugi” karena tuntutan profesionalisme.

Hilangnya keteladanan akibat dari pergeseran moral. Pendidikan Indonesia lebih menekankan aspek intelektualitas dan IPTEK akibatnya segala sesuatu yang berkaitan dengan prilaku,moral dan akhlaq menjadi tidak berguna. Lemahnya aspek moral ini tidak saja terjadi pada siswa juga terjadi pada guru. Tidak jarang kita mendengar seorang guru berkata-kata kasar dan tidak senonoh pada mu. Oleh sebab itu, guna meminimalisir hal tersebut, HPI menawarkan solusi untuk megatasinya agar dunia pendidikan yang ideal dapat tercapai.

Print Friendly