Tim Reses DPRD Sumut Temukan Sejumlah Jalan di Tanah Karo Hancur Lebur

A03). Hancur-lebur: Tim Reses DPRD Sumut Siti Aminah Br Peranginangin melihat salah satu ruas jalan utama menuju 6 Desa dan 3 Dusun jurusan Kuta Bangun - Kuta Mbelin - Desa Kutambaru Punti di 4 Kecamatan yang kondisinya sudah “hancur-lebur”, sehingga sangat sulit dilalui.(Foto SIB/Firdaus Peranginangin).
HANCUR : Anggota DPRD Sumut Siti Aminah Br Peranginangin saat melihat salah satu ruas jalan yang rusak parah. (Kanalmedan/Mama Nangin)

KANALMEDAN – Tim Reses DPRD Sumut Dapil (daerah pemilihan)) Karo, Dairi dan Pakpak Bharat menemukan kondisi jalan rusak parah di Tanah Karo.

Antara lain, jalan di 6 desa (Desa Sukajulu, Desa Kutambaru Punti, Desa Batumamak, Pola Tebu, Kutambelin, Kuta Pengkih) dan 3 dusun (Dusun Barisen, Cerumbu, Kuta Kendit) di 4 Kecamatan (Kecamatan Kutabuluh, Tigabinanga, Mardinding dan Laubaleng) Kabupaten Karo sepanjang 30 Km.

Saat ini,  kondisinya “hancur-lebur”, karena tidak pernah tersentuh pembangunan sejak Indonesia Merdeka.

Ha itu diungkapkan Tim Reses DPRD Sumut Siti Aminah Peranginangin dan Toni Togatorop kepada wartawan, Kamis (21/12) ketika dihubungi melalui telepon seusai melakukan kegiatan Reses ke Desa Kutambelin guna menjemput aspirasi masyarakat.

“Sepanjang 30 Km jalan utama dari Desa Sukajulu – Kutambelin hingga Kuta Kendit mengalami rusak berat dan sulit dilintasi. Bahkan nyaris tidak berbatu. Trasportasi pengangkut hasil-hasil pertanian, seperti jeruk, jagung dan tanaman muda lainnya, terpaksa menggunakan kendaraan sejenis Jeep Hardtop gardan dua. Masyarakat sudah lelah berteriak kepada Pemkab Karo agar diperbaiki, tapi hinga kini tidak ada realisasinya,” ujar Siti Aminah.

Berdasakan penuturan tokoh masyarakat Paham Sitepu, Surbakti, Kepala Desa Batumamak Setia Sembiring dan para tokoh pemuda maupun Karang Taruna Desa Kutambelin Jimmi Peranginangin, jalan satu-satunya penghubung 6 Desa dan 3 Dusun ini sudah puluhan tahun tidak pernah tersentuh pembangunan. Bahkan ada jalan desa yang belum pernah diaspal, alias masih menggunakan jalan tanah. Jika turun hujan, jalan tidak bisa dilalui.

Akibatnya, tambah Jimmi, masyarakat sangat menderita memasarkan hasil-hasil pertaniannya ke ibukota kecamatan, karena ongkos angkut sangat besar mencapai Rp1000-Rp1.500/Kg. “Ongkos angkut jeruk mencapai Rp1.500/Kg. Bisa dibayangkan, jika harga jeruk hanya Rp3000/Kg, tentu kami tidak akan memanennya, karena pasti merugi,” katanya.

Menurut Sembiring, puluhan tahun masyarakat yang tinggal di desa terisolir ini hidup dalam penderitaan, akibat rusak-parahnya jalan. “Hidup kami bagaikan ikan terkena tuba atau bagaikan kerakap tumbuh di batu. Sudah ratusan kali kami mengadukan nasib kami ke Pemkab Karo, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda perbaikan,” katanya.

Mendengar jeritan masyarakat 6 Desa dan 3 Dusun tersebut, Siti Aminah dan Toni Togatorop meminta Kepala Bappeda Karo Nasib Sianturi bersama sejumlah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Karo yang hadir dalam kegiatan Reses yang dipusatkan di Losd Desa Kutambelin menjelaskannya kepada masyarakat mengapa sudah puluhan tahun jalan-jalan menuju desa mereka tidak pernah dibangun.

Kepala Bappeda Karo dalam pertemuan itu berjanji akan segera melakukan perbaikan jalan ke 6 desa dan 3 dusun tersebut. Tapi tidak menyebut kapan akan diperbaiki, sehingga masyarakat yang hadir memenuhi Losd Desa Kutambelin tersebut menuntut Pemkab Karo agar jangan lagi membohongi masyarakat dan jangan sampai masyarakat kehilangan kesabaran.

Alokasikan Rp4 miliar

Mendengar tidak ada jawaban yang pasti menyangkut anggaran perbaikan jalan ke 6 desa dan 3 dusun dari Pemkab Karo, Siti Aminah dan Toni Togatorop berjani akan mengalokasikan dana spirasinya yang ditampung di APBD Sumut TA 2018 sebesar Rp4 miliar. “Kami mengalokasikan dana aspirasi kami melalui BKP (Bantuan Keuangan Provinsi) untuk perbaikan jalan ke desa ini dan pada awal Januari sudah bisa dikerjakan,” ujar Siti Aminah.

Namun dengan anggaran Rp4 miliar ini, ujar Siti, tentunya tidak mencukupi, karena jalan yang hancur lebur ini panjangnya mencapai 30 Km, sehingga besar harapan masyarakat kepada Pemkab Karo, untuk bisa mengalokasikan anggarannya di APBD Karo, guna memperlancar arus trasportasi ke daerah yang dikenal terisolir tersebut.

Usai berdialog dengan masyarakat yang juga dihadiri 6 kepala desa, 3 kepala dusun dan 4 camat kecamatan tersebut dilanjutkan makan malam dan menari bersama. Terlihat Siti Aminah membagikan bingkisan Natal bagi kaum ibu serta bingkisan Tahun Baru bagi para janda dan duda sekaligus memberi bantuan dana Rp5 juta kepada Karang Taruna.(Mama Nangin)

Print Friendly