Diduga Tak Lunasi LKS, Oknum Guru Tampar Siswa

ANGGA SyahputraKANALMEDAN – Oknum guru SMP Swasta Wiraswasta, Batangkuis, Deli Serdang berinisial S, dikabarkan menampar siswanya, diduga karena sang murid tidak melunasi uang Lembaran Kerja Siswa (LKS), yang sudah lama disampaikan pihak guru kepada orangtua murid.

“Tadi saya dengar kabar ada penamparan terhadap Angga Syahputra siswa Kelas VIII, tetapi saya sudah dapat konfirmasi, oknum gurunya mengaku khilaf,” ujar Kepala Sekolah SMP Swasta Wiraswasta, Fadillah S.Ag kepada Kanalmedan.com, di ruangan kerja sekolah beralamat di Jalan Ampera I, Batangkuis, Deli Serdang, Senin siang (22/5).

Menurut Fadillah, S yang juga wakil kepala sekolah di SMP itu mungkin saja khilaf, karena perilaku siswa Angga Syahputra yang dikabarkan tidak mematahui ketentuan yang berlaku di sekolah.

“Jadi saya kira ini punya rentetan panjang sebelumnya, sehingga mungkin saja S khilaf dan melakukan penamparan,” jelas Fadillah di hadapan orangtua Angga, Heri, warga Kuis Indah Permai, Blok S No 4, Jalan Pancasila, Payagambar, Deli Serdang.

Meski tidak dapat membenarkan perilaku S terkait penamparan tersebut, pihak sekolah melalui kepala sekolah Fadillah secara resmi menyampaikan permohonan maaf kepada orangtua murid.”Pihak sekolah sesungguhnya sudah membuat aturan bahwa ada aturan terhadap siswa, jadi penamparan tidak dapat dibenarkan, dan saya menyampaikan maaf,” sambung Fadillah.

Terkait dugaan penamparan, Fadillah menyebutkan, kemungkinan ada hal yang membuat S emosi, karena sang siswa sudah berulangkali melakukan kesalahan bahkan pihak orangtua sudah dua kali membuat surat pernyataan, tetapi kemudian kesalahan serupa diulang kembali.

Namun dia membantah itu terjadi karena uang buku. “Bapak bisa tanya semua siswa ini, gak ada uang buku. Kalau uang LKS iya, besarnya Rp 120 ribu dan uang ini pun tidak harus dilunasi seluruhnya, dapat dicicil selama enam bulan. Bahkan guru sering menanyakan kepada siswa di kelas, apakah uang LKS bisa dibayar, berapa aja, Rp 5.000 pun kita ambil. Jadi tidak harus seluruhnya. Pihak sekolah pun sudah menyurati orangtua perihal uang LKS berisikan semua mata pelajaran yang memang harus dibayar karena perlu dimiliki para siswa.

“Saya kira orangtua sudah mendapat surat pemberitahuan pembayaran LKS, dan dapat mengambil upaya yang baik bagaimana cara pembayarannya,” jelas Fadillah.

Menurut Fadillah lagi, terkait penamparan yang dilakukan S terhadap Angga, tampaknya bukan hanya karena persoalan LKS yang terlambat dibayarkan dan diduga tidak disampaikan ke pihak orangtua, melainkan perilaku siswa Angga yang jadi cacatan tersendiri bagi pihak sekolah. “Banyak catatan yang tidak baik terhadap siswa Angga, tetapi itu pun melalui wali kelasnya, Fitri, selalu ditempuh dengan cara yang persuasif, dengan pola pendekatan yang mendidik,” katanya.

“Hal inilah yang agaknya menjadi klimaks mengapa terjadi pemukulan yang dilakukan S dan S pun siap bertemu dengan pihak orangtua menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan,” urai Fadillah.

Soal pemukulan yang dilakukan hanya sekali di bagian pipi, Fadillah punya catatan tersendiri. “Beberapa tahun lalu, ada siswa di SMP Wiraswasta yang mengaku berterima kasih terhadap S yang melakukan didikan keras, termasuk menampar, sehingga akhirnya sang siswa kini jadi anggota Brimob. Penamparan itu baginya adalah bagian dari didikan,” jelas Fadillah.

Saat dihubungi via ponselnya, kepada orangtua Angga, Heri, S membenarkan telah menampar siswa tersebut, dan mengaku khilaf. ”Saya khilaf, pak,” ujar S.

Namun Heri tetap tidak dapat menerima perlakuan tidak etis itu terhadap putranya. Bersama anaknya, mereka melapor ke Polsek Batangkuis, yang tak jauh dari sekolah, setelah melakukan visum di klinik Sahabat, Jl Pancasila, Batangkuis pekan.

Heri menyebutkan, berdasarkan keterangan Angga, penamparan terjadi saat baris pagi. Saat itu, Angga ditanya soal kartu ujian. “Angga, kau udah dapat kartu ujian? tanya S seperti ditirukan Heri. Angga menjawab orangtuanya akan melunasi dan siang hari kemarin, uang LKS sudah dibayarkan secara lunas.

Namun entah mengapa, tangan S dengan ringannya menempeleng Angga, sehingga siswa menangis karena menahan sakit. Terlihat wajah Angga lebam, dan bagian telinga sedikit berdegung.

“Seharusnya guru tugasnya mendidik, kalau memang ada masalah, kan kami sebagai orangtua bisa dihubungi, bukannya main tampar,” kata Heri

.Perlakuan tidak mendidik yang dilakukan S tampaknya bukan yang pertamakali terjadi, tetapi dikabarkan sudah berulangkali. Sejumlah warga yang dihubungi Kanalmedan.com menyebutkan, S dikenal ringan tangan   alias   suka menempeleng murid. (tim)

Print Friendly