GEMPA DI ACEH, DARI AWAL SUDAH ADA TANDA-TANDA

KANALMEDAN – Tanda terjadinya keanehan dari fenomena alam tentang gempa di Aceh sudah dirasakan, termasuk di Medan. Tanda – tanda itu adalah ayam berkokok pukul 01.00 dini hari, cuaca yang berubah-ubah selama seminggu sebelum bencana terjadi. Tanda-tanda itu mirip terjadi seperti 12 tahun lalu, ketika Aceh dilanda gempa yang disusul dengan tsunami pada 26 Desember 2004.

Namun belum ada satu pihak pun yang membenarkan fenomena alam tersebut, meski di lain pihak banyak yang mengait-ngaitkannya.

Aceh rentan gempa karena berada di lempengan Bumi. Hal ini terjadi sejak 26 Desember 2004. Lempeng Bumi yang satu dengan yang lain menyatu namun patah pada tahun 2004 sehingga butuh waktu untuk penyembuhan kembali. Proses untuk membuat lempeng Bumi kembali stabil ini pula yang kemudian membuat gempa-gempa sering terjadi di Aceh. – Faisal Adriansyah, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Aceh. (Serambi Indonesia, 10/11/15).

Kenapa harus Desember?

KENAPA HARUS ACEH?

Waktu dan tempat adalah segala sesuatu yang gaib. Desember selalu gempa di Aceh satu hal benar berdasarkan teori dalam konteks di paragraf sebelumnya. Teori yang lebih besar dari itu, hanya Tuhan yang tahu letak kebenarannya. Kita tidak bisa meminta jangan gempa di bulan Desember, jangan gempa di Aceh, jangan gempa di sini karena kami patuh agama, jangan gempa malam hari. Beragam permintaan membuat kita tidak menarik kesimpulan lain bahwa semua terjadi karena masa ini waktu untuk berbenah kembali.

Gempa Aceh terjadi akibat pergeseran sesar Sumatra di utara. Pulau Sumatra dari Aceh hingga Lampung masuk ke dalam sesar besar Sumatra. Sesar Sumatra adalah sesar aktif terpanjang di dunia. Uniknya, daerah yang rawan bencana gempa ini wilayahnya sangat indah dan subur. Tipologi sesar Sumatra adalah daerah patahan atau hancuran sehingga mudah menyerap air. – Surono Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). (Republika, 03/07/13).

Secara teori pergeseran tersebut masih terjadi dan Aceh menjadi satu-satunya daerah dengan resiko tertinggi. Teori lahir karena sebab akibat dari sebuah proses. Kami lari dari gempa karena inilah waktu untuk menyelamatkan diri. Kembali ke soal kutukan yang sering dilontarkan sebagian orang, masing-masing punya persepsi tersendiri namun ingatkah bahwa setiap orang memiliki masa ‘paceklik’ tersendiri dalam hidup?

MENGUJI UMAT

Desember menjadi waktu yang tepat untuk Aceh khawatir, berlari ke arah tinggi sembari berlari kembali ke pelukan Ilahi. Kita boleh saja terpaku kepada teori tetapi pada masanya teori tersebut hangus oleh kejadian sebenarnya. Jika pun kembali kepada dasar agama, Tuhan akan terus menguji umatnya agar bersabar.

– “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (Q.S. Al-Anbiya’: 35). – (muslim.or.id, 23/04/15).

– “Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala sesuatu yang terjadi padanya semua merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada orang mukmin. Jika mendapat sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar, maka itu juga kebaikan baginya.” (H.R Muslim). – (muslim.or.id, 23/04/15).

Desember pasti akan berlalu, seperti badai pasti berlalu. Duka kami hari ini akan terganti dengan bahagia pada saatnya tiba. Gundah kami detik ini akan menjadi dentuman manja di waktu berbeda. Gempa di Aceh pada bulan Desember akan terulang kembali? Tiada yang tahu soal ini.

TERUS BERTAMBAH

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Aceh Kombes Gunawan mengatakan, korban jiwa akibat gempa bumi di Kabupaten Pidie, Aceh, bertambah menjadi 97 orang.

“Korban meninggal dunia 97 orang,” kata Gunawan saat dikonfirmasi, Rabu (7/12/2016).

Gunawan menyebutkan, sebagian korban meninggal dunia telah dipulangkan kepada keluarga. Yang lain masih berada di rumah sakit.

Gunawan belum dapat memastikan jumlah korban luka-luka sebab data tersebut akan bertambah mengingat evakasui masih terus berjalan.

“Ada 214 korban luka-luka,” ujar dia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Aceh mencatat gempa berkekuatan magnitudo 6,4 itu terjadi pada pukul 05.03 WIB. Pusat gempa berada di koordinat 5,19 derajat Lintang Utara dan 96,36 derajat Bujur Timur atau 18 kilometer timur laut Kabupaten Pidie Jaya pada kedalaman 10 kilometer.

Gempa juga kuat dirasakan di Kabuaten Pidie Jaya dan meluas di beberapa wilayah Aceh antaranya, Pidie, Aceh Besar, Sabang, Bireun, Lhokseumawe. (tim)

Print Friendly