Terjadi Kudeta, WNI di Turki Panik

Panik

Jakarta – Beberapa WNI yang hendak pulang ke Indonesia sempat tertahan di bandara Ataturk, Turki akibat upaya kudeta militer. Namun, kudeta tersebut gagal dan WNI berhasil terbang pulang ke tanah air.Bagaimana cerita WNI yang sempat ‘tersandera’ di bandara tersebut?

Salah seorang WNI, Camila Bani Alawia, menceritakan kisahnya yang sempat melihat langsung bagaimana upaya kudeta yang dilakukan oleh militer Turki. Dia dan beberapa orang WNI lainnya yang tergabung dalam rombongan wisata di Turki, hendak pulang ke Indonesia.

“Jadi saya dan rombongan sesama tour itu harusnya berangkat pukul 02.00 waktu Turki. Tapi tiba-tiba sekitar pukul 11.00 waktu Turki, semua penerbangan didelay. Setelah kita cari tau, ternyata sedang ada percobaan kudeta di Ankara oleh militer,” cerita Camila lewat pesan tertulisnya kepada detikcom, Minggu (17/7/2016).

Camila dan WNI lainnya menduga dampak kudeta tersebut tidak sampai di Bandara Ataturk, Istanbul. Namun dugaannya meleset. Suasana tenang yang sempat dirasa Camila dan WNI lainnya, berubah seketika. Kepanikan terjadi.

“Kita pikir enggak akan sampai Istanbul efeknya, jadi kita santai-santai banget waktu itu, tidur-tiduran di airport. Tiba-tiba sekitar pukul 01.30 waktu Turki, ada suara tembakan 2 kali dan bandara langsung chaos. Semua orang lari menjauhi pintu masuk bandara, sembunyi di balik meja kasir atau di dalam emergency exit. Perempuan dan anak-anak banyak yang menangis. Kita clueless ini ada apa. Sampai ada orang Turki yang bilang ini politik, bukan teror, jadi enggak akan ada korban masyarakat,” papar Camila.

“Selang sekitar 20 menit dari tembakan pertama, ada tembakan susulan, orang panik lagi, lari,” tambah Camila.

Masih dalam keadaan panik, sekitar pukul 02.05 waktu Turki, terlihat ribuan penduduk Turki melakukan aksi longmarch di kawasan bandara Ataturk. Suara takbir dan kalimat zikir dikumandangkan oleh massa tersebut sambil membawa bendera Turki.

“Semua orang kelihatan bahagia, seperti merayakan sesuatu. Belakangan kita baru tahu kalau itu untuk merayakan kegagalan percobaan pengambilalihan stasiun TV negara di Ankara yang terjadi pada pukul 22.00 tanggal 15 Juli 2016,” katanya.

Namun, kepanikan belum sepenuhnya reda. Sekitar pukul 04.00 dan pukul 05.00 waktu Turki, terdengar suara ledakan keras. Bahkan bandara Ataturk saat itu terasa bergetar.

“Awalnya kita kira itu bom, ternyata menurut KBRI itu pesawat F16 atau pesawat supersonic lain yang sedang bersiap terbang. Ada juga yang bilang helikopternya kelompok militer pengkudeta ditembak oleh pihak kepolisian. Makanya sampai seperti bom suaranya,” kata Camila.

“Sementara, ada orang Turki yang dikabarkan temannya kalau di Istanbul ada bom. Semuanya (informasi) simpang siur, kita enggak tahu mana yang benar,” tambah Camila.

Saat itu, lanjut Camila, dia dan teman segrupnya bertemu dengan beberapa orang WNI lain. Di sana mereka saling berbagi informasi. Camila mendapat cerita ada WNI yang merasakan kepanikan saat ditodong senjata api.

“Waktu kami bertemu orang Indonesia lainnya, kami baru tahu ternyata yang transit lebih parah lagi keadaannya. Ada salah seorang WNI yang mengatakan ketika ia dan seluruh penumpang mendarat transit dari Munich (Jerman) sekitar jam 00.30 waktu Turki, saat hendak keluar dari bus airport, mereka ditodong senjata dan disuruh tiarap oleh kelompok militer di tempat take off pesawat. Anak kecil dan ibu-ibu juga tiarap. Semua barang bawaan diperiksa. Namun setelah itu semua barang dikembalikan dan mereka dikasih minum. Yang pasti semuanya selamat dan tidak ada yang terluka,” jelas Camila.

Akhirnya, Camila dan beberapa WNI lainnya yang sempat ‘tersandera’ di Bandara Ataturk, berhasil keluar dan terbang menuju tanah air. “In the end kita takeoff dari Istanbul sekitar 13.00 waktu Turki tanggal 16 Juli 2016,” kata Camila.

Print Friendly